Cerita Muhammad Syafii Soal Doanya yang Bikin Heboh

Jum'at, 19 Agustus 2016 - 21:19 WIB
Cerita Muhammad Syafii Soal Doanya yang Bikin Heboh
Cerita Muhammad Syafii Soal Doanya yang Bikin Heboh
A A A
DOA yang dibacakan Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra, Muhammad Syafi'i pada penutupan acara pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR Selasa 16 Agustus 2016 membuat heboh publik.

Dalam doanya, Syafii banyak mengungkapkan kritik terhadap kondisi bangsa. Bahkan dia meminta para pemimpin negeri ini untuk bertobat. (Baca juga: Di Sidang Tahunan MPR, Pembaca Doa Ini Minta Pemimpin Bertobat)

Sindonews dan beberapa media lain berkesempatan mewawancarai Muhammad Syafi'i di ruang kerjanya di Lantai 21, Gedung Nusantara I, Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis 18 Agustus 2016. Berikut hasil wawancaranya:

Doa Anda pada penutupan acara pidato kenegaraan di Sidang Tahunana MPR membuat heboh. Bisa diceritakan bagaimana awalnya?

Jadi, kenapa saya yang baca doa‎, itu kan memang ada gilirannya. Di paripurna pertama MPR itu kan gilirannya PDIP, Pak Hamka Haq. Kemudian di paripurna DPR dengan DPD itu gilirannya Golkar Pak Mujib Rahmat, baru yang ketiga itu DPR membuka masa persidangan 1 giliran Gerindra, kebetulan pimpinan fraksi menunjuk saya sebagai pembaca doa.

Dari awal, baik kesetjenan maupun panitia di ruangan meminta saya menyiapkan konsep. Saya memang belum pernah berpidato, apalagi berdoa pakai konsep, maka saya bilang saya saja belum tahu apa yang mau saya doakan, maka saya tidak bisa membuat konsep.

Menjelang saya menuju ruangan itu pun masih datang lagi, Pak Mamun menanyakan konsep, saya bilang konsepnya enggak ada. Memang saya tidak terbiasa dengan konsep. Saya akan coba refleksi Hari Kemerdekaan 71 tahun ini dengan fakta yang ada, dan mungkin akan dilengkapi dengan situasi terakhir.

Datang ke ruang paripurna, bapak itu kembali tanya, ada konsep enggak, saya jawab enggak ada. Kira-kira bapak berdoa tentang apa, tanya dia. Saya jawab tentang kemerdekaan.

Setelah dia pergi, saya malah stres, saya mau doain apa ini. Kemudian saya menyimak Pak Akom (Ketua DPR Ade Komarudin) pidato, saya simak Presiden berpidato, baru muncul rangkaian doa yang akan saya sampaikan, itu pun masih mungkin setengahnya, 60% .

Setelah saya dipanggil ke podium, saya mulai menyampaikan yang 60% di hati saya, yang 40%-nya mengalir, nah itu langsung terkait dengan 60%itu. Bangsa ini sudah sangat menderita begitu. Situasi politik ekonomi kita sudah pada tingkat berbahaya. Muncul kesedihan yang mendadak, waktu saya mengatakan pemimpin itu saya sadar termasuk dari saya‎, saya menangis berarti saya pun belum berperan maksimal, muncul rasa itu, maka saya menangis.

Dalam doa, Anda juga mengungkapkan keprihatinan mengenai maraknya kejahatan di negeri ini. Anda juga mengatakan hukum tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Bisa Anda jelaskan?


Kenapa peredaran narkoba itu makin luar biasa, korupsi kok macamnya. Yang katakan lah kecil-kecil itu cepat penanganannya, bahkan ada kasus di mana nenek-nenek yang curi apa sampai hakimnya keluarkan duit, tapi hukum ditegakkan juga.

Tapi kasus-kasus besar mau BLBI, mau Century, mau Sumber Waras segala macam, ini kok enggak gitu lho. Itu berbaur di hati saya, melahirkan kalimat-kalimat doa itu, dan saya ingin mengatakan, kalau saya enggak mampu mengubah ini biar saya mundur saja, diganti. Tapi kalau memang bisa, itu bagian dari upaya perbaikan atau saya istilahkan dengan tobat.

Setelah pembacaan doa selesai, banyak peserta sidang yang bertepuk tangan. Bagaimana tanggapan Anda?


Setelah berdoa dan saya menangis itu saya kaget kok tiba-tiba orang-orang tepuk tangan gitu lho. Kemudian saya disalami banyak orang, kemudian saya kembali ke ruangan, merasa lega karena sudah melaksanakan tugas dan bisa berdoa dengan perasaan hati saya, saya merasa puas, senang hati saya sudah mengadukan hal kepada Yang Maha Kuasa.

Tiba-tiba kawan bilang lho ini Romo (panggilan Syafii) ada di medsos (media sosial) ini segala macam, saya betul-betul kaget, jadi itu tidak saya duga apalagi saya harapkan, enggak sama sekali. Karena dalam konsep Islam, doa itu kan ada dua hal, yaitu secara vertikal kepada Allah, secara horizontal kepada manusia.

‎Kepada Allah misalnya, mintalah kepada-Ku pasti kukabulkan, itu makna doa vertikal. Tapi doa itu juga berarti mengajak, orang yang berada di ruangan itu agar bisa linear dengan kita mohonkan kepada Allah.

Jadi kalau kita doa di tempat mantenan (pernikahan), kita minta kepada Allah, kita nasehati manten-nya, kau harus begini sama istri kau, istri harus begini sama suami kau, kan linear itu, dengan doa kita agar sakinah.

Kalau kita doa di tempat orang meninggal, kita minta dia diampuni bahkan kita mengimbau mari kita ikhlas mendoakannya, agar dosanya diampuni, kita yang di sini jangan bikin dosa, karena kita juga akan mati.

Ketika doa saya itu (dibacakan) di gedung politik, yang dihadiri oleh pejabat-pejabat politik, ya tentu doa kita terkait dengan hal-hal yang poltik.

Isi doa Anda menjadi sorotan publik, bagaimana reaksi Anda?


Memang saya menjadi kaget luar biasa. Tadi kawan-kawan bilang sudah jutaan yang nonton (Doa saya di Youtube). Masya Allah saya bilang, sampai saya bilang, sudah gimana kali negeri ini, baru berdoa segitu saja sudah gempar. Saya ditunjukkan tadi komentar-komentar.

Ada yang bilang doa saya mewakili apa yang mereka rasakan, apa yang Romo sampaikan itu seperti membawa aspirasi. Sehingga misi kita berdoa, itu kan sampai. Tapi kemudian banyak juga yang gaduh ya, itu saya kira di alam yang terbuka dan demokrasi biasa terjadi.

Bisa diceritakan tentang banyaknya SMS kepada Anda seusai pembacaan doa?


Saya sampai tiga kali men-charger HP setelah doa itu. Ada yan tersimpan di kontak saya atau tidak, itu pasti saya jawab. Sampai hari ini le‎bih 1000-an SMS.

Isi pesan apa saja?


100% mengapresiasi. Telepon yang masuk ke saya, kadang kita menangis juga, ketika mereka merasa, misalnya ada yang merasa terhormat berteman dengan saya. Itu saya terharu sekali.

(Ada yang bilang) Saya bangga punya adik macam anda, dari senior-senior. Ada yang bilang hati-hati pasti orang jahat akan memikirkan banyak macam cara, sampai ada yang bilang hati-hati kalau keluar jangan sendirian

Bagaimana tanggap rekan-relan sesama partai?

Saya kemarin begitu turun dari podium, mungkin pada saat itu pimpinan partai dan pimpinan fraksi tentu dengan pikiran sendiri-sendiri mengucapkan selamat. Mereka bilang doanya bagus, seperti itu. Pak Fadli Zon (Wakil Ketua DPR) dan semua orang juga lihat, dia bilang bagus.

Nah kebetulan anak saya semuanya datang dari Medan. Anak saya yang tujuh orang dengan tiga menantu dan cucu sedang berkumpul. Mereka ingin bertemu dengan ketua umum (Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto).

Jadi kebetulan ketua umum mengadakan peringatan 17 Agustus di Hambalang, Bogor, saya bawa anak-anak ke sana, dan diterima. Begitu salam dengan beliau, beliau bilang apa tanggapan masyarakat tentang doa yang saya ucapkan? Seperti itu. Ada enggak gangguan yang diterima akibat doa itu? Enggak ada pak, saya bilang.

Beliau juga bertanya, kenapa anda berdoa seperti itu. Saya ungkapkan, saya hanya melihat sesuatu yang tidak seharusnya di republik ini, karena kita memiliki semua potensi untuk menjadikan rakyat lebih makmur, sejahtera, tapi faktanya tidak seperti itu maka muncul kalimat itu, termasuk saya bisa mengubah kembali ke yang benar yan saya istilahkan dengan tobat itu Pak‎.

Beliau pun mengatakan, apakah istilah itu juga termasuk anda? Siap saya bilang, termasuk untuk saya. Nah itu komentar dia.


Artinya dia ingin melihat apakah ada tenden-tenden (tendensi) tertentu, karena beliau paling tidak suka menjelekan orang, Pak Prabowo ini mungkin banyak yang tak menduga, dia sangat tidak suka kita menjelek-jelekan orang.

Kalau kita menjelekan orang, beliau bilang lalu kerja kamu apa. Maka dia tanya apa ada tenden-tenden tertentu.

Dari 1000-an SMS yang masuk ke telepon genggam Anda, adakah yang berasal dari lingkaran Istana Kepresidenan?


Enggak ada. Tapi dari birokrat banyak. Hampir dari seluruh provinsi.

Apakan Anda sudah berpengalaman memimpin doa?

Kurang lebih 40 tahun‎. Sekarang kan usia saya 58, masuk 59. Saya sudah berdoa itu sejak kelas 2 SMA, tahun 78 sudah ustaz keliling provinsi, kelas 3 SMA. Jadi memang doa saya tidak bisa saya karang, misal contoh peristiwa Medan, itu saya mendapat telepon ketika perjalanan ke acara pidato kenegaraan. Jadi ketika ingat arogansi aparat, langsung aja saya ingat itu, keluar saja dalam doa, maka enggak mungkin saya baca.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7659 seconds (0.1#10.140)