Potensi Cuaca Ekstrem, BMKG Imbau Pemudik Lebih Waspada
loading...
A
A
A
"Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam," tuturnya.
Menurut Dwikorita, awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya keabu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, lanjut dia, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.
"Kondisi ini juga yang menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Kami mengimbau kepada seluruh pemudik, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem selama arus mudik," ungkapnya.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, selama periode mudik Lebaran 2023, BMKG akan menyiagakan posko nasional dan daerah untuk memantau kondisi cuaca terkini.
"Selain itu, 190 stasiun BMKG yang dilengkapi dengan 40 radar cuaca di seluruh wilayah di Indonesia juga akan disiagakan, termasuk Prakirawan Cuaca bertugas 24/7 untuk memastikan informasi cuaca yang lebih akurat," ucapnya.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengharapkan, masyarakat untuk secara aktif melihat informasi dan kondisi cuaca terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan.
Mengingat dinamika atmosfer di Indonesia sangat dinamis dan cepat berubah, Fachri juga mengimbau kepada pemudik untuk tidak memaksakan diri melakukan perjalanan jika kondisi cuaca sedang buruk.
"Jika dirasa tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan sebaiknya ditunda sampai menunggu cuaca kembali normal. Terutama para pemudik jalur darat dan juga laut," tutupnya.
Menurut Dwikorita, awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya keabu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, lanjut dia, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.
"Kondisi ini juga yang menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor. Kami mengimbau kepada seluruh pemudik, penyedia jasa transportasi, dan operator transportasi untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem selama arus mudik," ungkapnya.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, selama periode mudik Lebaran 2023, BMKG akan menyiagakan posko nasional dan daerah untuk memantau kondisi cuaca terkini.
"Selain itu, 190 stasiun BMKG yang dilengkapi dengan 40 radar cuaca di seluruh wilayah di Indonesia juga akan disiagakan, termasuk Prakirawan Cuaca bertugas 24/7 untuk memastikan informasi cuaca yang lebih akurat," ucapnya.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengharapkan, masyarakat untuk secara aktif melihat informasi dan kondisi cuaca terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan.
Mengingat dinamika atmosfer di Indonesia sangat dinamis dan cepat berubah, Fachri juga mengimbau kepada pemudik untuk tidak memaksakan diri melakukan perjalanan jika kondisi cuaca sedang buruk.
"Jika dirasa tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan sebaiknya ditunda sampai menunggu cuaca kembali normal. Terutama para pemudik jalur darat dan juga laut," tutupnya.
(maf)