Hari Pertama, Pembina Kader Bela Negara Belajar Kekompakan

Sabtu, 24 Oktober 2015 - 01:05 WIB
Hari Pertama, Pembina Kader Bela Negara Belajar Kekompakan
Hari Pertama, Pembina Kader Bela Negara Belajar Kekompakan
A A A
JAKARTA - Hari pertama implementasi bela negara yang dicanangkan Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berjalan lancar. Ratusan pembina kader bela negara tampak antusias mengikuti pelatihan yang diberikan instruktur di Kantor Badan Pendidikan dan Pelatihan (Badiklat) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat.

Salah seorang pembina kader bela negara Robidarma Ismail asal Tangerang Selatan (Tangsel) menuturkan, keinginannya ikut bela negara karena ingin memberikan ilmu yang didapatnya kepada anak didiknya di lembaga pendidikan SMK Darussalam, Ciputat agar tumbuh nasionalisme.

"Pelajaran di sini, ingin saya terapkan di rumah dan lembaga pendidikan tempat dimana saya bekerja. Nasionalisme generasi sekarang masih dirasa kurang makanya saya tertarik untuk ikut pelatihan bela negara," ujarnya, Jumat (23/10/2015).

Menurut dia, materi yang diterima pada hari pertama pelatihan bela negara jauh dari militerisme. "Hari pertama pelatihan, pukul 05.00 WIB kami bangun kemudian latihan senam pagi. Setelah itu, dilanjutkan dengan latihan baris berbaris, yel-yel dan bernyanyi " ujarnya.

Dia mengaku, awalnya terasa berat karena baru kali pertama ini mengikuti pelatihan. "Iya awalnya berat karena baru. Kami masih belum mengetahui urutan jadwal kegiatan, soalnya tidak diberikan rinciannya agenda nanti apa dan ngapain aja," ujarnya.

Senada, peserta bela negara lainnya Lutfhi menuturkan, sejak diresmikan pada Kamis (22/10) lalu, para pembina kader bela negara langsung menempati asrama. "Kami diajarkan yel-yel, nah praktiknya pagi ini (kemarin) dilatih kedisiplinan kita, mulai bangun pagi, salah subuh, selanjutnya mengenakan baju senam, semua dikasih sepetu, kaos," ujarnya.

Selanjutnya, semua peserta mengikuti apel dilanjutkan dengan sarapan pagi. Setelah itu, semua diberikan formulir untuk menjalani cek kesehatan.

"Awalnya kaku juga karena sudah lama enggak latihan, tapi lama-lama kompak juga. Saya senang, ini motivasi buat kita menjalani 30 hari ke depan," ucapnya.

Pria yang sehari-harinya bekerja sebagai staf Tramtib di Kelurahan Kota Baru, Serang, Banten mengaku, bersama 15 rekannya ikut bela negara karena ingin menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada bangsa ini.

"Bela negara ini positif. Penggemblengan kedisiplinan itukan perbuatan yang positif, harus tepat waktu. Artinya yang tidak perlu dilakukan jangan dilakukan, pembinaan karakter yang baik untuk bangsa kita. Mereka yang ikut bela negara ini hasilnya positif dan akan menghasilkan SDM yang potensial, terutama dari segi moral dan ahlak," paparnya.

Untuk hari pertama pelatihan, peserta bela negara dilatih oleh beberapa instruktur baik dari militer seperti, TNI AD dan Marinir serta sipil.

"Rencananya kami akan dipindah ke Sentul, Bogor karena di sini mungkin lokasinya sempit, karena ada materi lapangan, tapi dicek dulu kesehatannya jangan sampai terjadi apa-apa. Mudah-mudahan kita bisa menerapkan kedisiplinan yang di dapat di sini," ucapnya.

Dia berharap, pemerintah sepenuhnya mendukung program ini sehingga lebih disosialisasikan lagi di kalangan remaja. "Anak-anak sekolah yang suka tawuran mending dialihkan untuk bela negara, itu lebih diprioritaskan," ucapnya.

Luthfi menepis bila program bela negara ini identik dengan militerisme. Menurut dia, tidak ada hukuman fisik yang keras dialami peserta bela negara.

"Enggak ada, apalagi kaya wajib militer. Di sini yang dikedepankan kedisiplinan, kalau ada yang salah disuruh push up, itu juga bukan hukuman, tapi untuk menunjukkan kalau dia bertanggungjawab," ucapnya.

Salah seorang fasilitator Kemhan, Marienty menjelaskan, untuk hari pertama pihaknya memberikan materi Dinamika Kelompok yakni, melatih kepedulian, kekompakan, di antara sesama peserta bela negara. "Mereka diajarkan untuk mengenal diri sendiri, orang lain, menjaga kekompakan, peduli dengan rekannya," ujarnya.

Marienty yang bukan berasal dari latar belakang militer ini mengaku, awalnya sulit memberikan materi karena para peserta memiliki latar belakang pendidikan, usia yang berbeda.

"Mereka belum bisa menyatu karena beragam daerah, pendidikan, supaya menyatu kita buatkan games-games, pegangan tangan, main bola, nyanyi dengan menyebutkan nama rekannya. Jadi harus kenal nama sebelah kiri dan kanan," ucapnya.

PILIHAN:
Surya Paloh Diduga Mengetahui Kasus Suap Rio Capella

Meski Prihatin, Nasdem Dukung Penahanan Rio Capella
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9429 seconds (0.1#10.140)