Dinamika dan Konfigurasi Koalisi Menuju Pilpres 2024
loading...
A
A
A
Jika Ganjar belum memiliki kepastian status capres dari partainya PDIP, maka ia harus mengantisipasi jika pergerakan Anies semakin intensif dalam proses sosialisasi ke depan. Terlebih, setelah pernyataan Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan representasi PKS M. Sohibul Iman untuk mendukung pencapresan Anies, maka tiket 28,5% berpeluang bisa dikonkretkan.
Jika Koalisi Perubahan dalam mencapreskan Anies bisa dijalankan lebih disiplin, tidak menutup kemungkinan elektabilitas Anies semakin mendekati Ganjar, bahkan terbuka juga kemungkinan terjadi crossing electability di mana Anies bisa menyalip Ganjar.
Karena itu, menjelang satu tahun menuju Pemilu 2024 ini, partai-partai politik harus segera menentukan langkahnya. Namun, di tengah masih cairnya komunikasi politik yang terjadi saat ini, motivasi pragmatisme yang berorientasi pada office seeking akan terjadi.
Hal itu akan semakin jelas nanti jika pilpres akan melalui dua tahap, maka partai-partai politik akan lebih memilih capres-cawapres yang memiliki potensi menang yang lebih besar.
Karakter pragmatisme itu harus diantisipasi oleh semua partai politik untuk menghadirkan capres-cawapres potensial dan siap dideklarasikan dalam waktu cepat. Jika mereka telat melangkah, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan oleh arus gelombang politik yang dimainkan oleh aktor-aktor lebih dominan.
Jika Koalisi Perubahan dalam mencapreskan Anies bisa dijalankan lebih disiplin, tidak menutup kemungkinan elektabilitas Anies semakin mendekati Ganjar, bahkan terbuka juga kemungkinan terjadi crossing electability di mana Anies bisa menyalip Ganjar.
Karena itu, menjelang satu tahun menuju Pemilu 2024 ini, partai-partai politik harus segera menentukan langkahnya. Namun, di tengah masih cairnya komunikasi politik yang terjadi saat ini, motivasi pragmatisme yang berorientasi pada office seeking akan terjadi.
Hal itu akan semakin jelas nanti jika pilpres akan melalui dua tahap, maka partai-partai politik akan lebih memilih capres-cawapres yang memiliki potensi menang yang lebih besar.
Karakter pragmatisme itu harus diantisipasi oleh semua partai politik untuk menghadirkan capres-cawapres potensial dan siap dideklarasikan dalam waktu cepat. Jika mereka telat melangkah, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan oleh arus gelombang politik yang dimainkan oleh aktor-aktor lebih dominan.
(bmm)