LSI Denny JA: Kecemasan Ekonomi Lampaui Kecemasan Covid-19

Jum'at, 12 Juni 2020 - 19:22 WIB
Hasilnya 25,3% publik khawatir terpapar oleh virus Corona. Namun lebih besar lagi, sekitar 67,4% publik khawatir akan kesulitan ekonomi atau bahkan kelaparan.

Ketiga, riset eksperimental yang dilakukan Denny JA dan Eriyanto pada Maret- Juni 2020. Ini bukan survei opini publik, tapi riset eksperimental untuk menggali lebih detail kekhawatiran responden.

Total responden berjumlah 240 mahasiswa. Mereka dibagi ke dalam delapan kelompok, masing masing 30 responden. Setiap kelompok diberi satu jenis treatment saja. Satu dari delapan treatment yang didesain khusus diberikan kepada kelompok tersebut.

Ragam treatment dibedakan antara informasi tinggi rendahnya ancaman. Yaitu ancaman kesehatan (kematian hingga terpapar virus yang bisa disembuhkan), versus ancaman ekonomi (kelaparan dan kehilangan pekerjaan hingga bisa mencari penghasilan lain). Treatment juga dibedakan antara kemampuan individu, mulai dari mampu menangkal ancaman kesehatan dan ekonomi versus tak mampu menangkal.

"Melalui analisa statistik, diketahui bahwa kekhawatiran efek virus yang mengancam ekonomi melampaui kekhawatiran efek virus yang mengancam kesehatan. Responden lebih takut ancaman kesulitan ekonomi dibandingkan terpapar virus corona," urainya.

Riset yang dilakukan LSI Denny JA menemukan lima alasan mengapa kini, setelah 5-6 bulan dunia tenggelam dalam pandemik virus corona, yang belum ada obatnya, belum ditemukan vaksin, tapi kecemasan atas kesulitan ekonomi mulai melampaui kecemasan atas kesehatan terpapar virus Corona.

Pertama, meluasnya berita kisah sukses banyak negara. Cukup massif berita media konvensional ditambah media sosial memberitakan banyak negara sudah melampaui puncak pandemik. Virus corona di negara tersebut relatif bisa dikendalikan walau vaksin belum ditemukan.

Negara yang sering diberitakan sukses adalah Selandia Baru, Jerman, Hong Kong dan Korea Selatan. "Walau vaksin belum tersedia, contoh kongkret negara yang sukses itu sudah cukup mengurangi kecemasan atas virus. Apalagi diberitakan pula kegiatan ekonomi di negara tersebut secara bertahap mulai hidup lagi. Berita ini sampai meluas kepada publik Indonesia baik melalui media konvensional ataupun media sosial," tuturnya.

Kedua, meluasnya kemampuan protokol kesehatan dalam mengurangi tingkat pencemaran virus corona. Social distancing, cuci tangan, masker adalah tiga cara paling populer dalam protokol kesehatan itu. Terbentuk pesan kuat, walau vaksin belum ditemukan, manusia punya alat lain untuk melawan, untuk melindungi diri.

Ditemukannya protokol kesehatan yang efektif ini juga mengurangi tingkat kecemasan. Tidak benar kita sama sekali tak berdaya menghadapi virus walau vaksin belum ditemukan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More