Akankah Benyamin Netanyahu Ditetapkan Penjahat Perang di Palestina?

Senin, 24 Mei 2021 - 16:10 WIB
Jelaslah bahwa berdasarkan undang-undang antar bangsa tidak membolehkan membangun satu negara atas dasar karena mempunyai ikatan dengan sejarah semata. Orang Yahudi yang membangun negara Israel di Palestina jelas tidak memiliki dasar hukum dan dasar argumen. Karena itu, Yahudi setelah mewujudkan Israel segera melakukan perampasan, menduduki dan menghalau penduduk Palestina yang Muslim dari tanah negeri mereka.

Israel membunuh dengan membabi buta penduduk Palestina Muslim yang tidak bersalah, sebagaimana yang terjadi dalam peristiwa Deir Yasin pada 1948 hingga saat ini. Tentara atau Irgun Yahudi-Israel telah membunuh dan menyiksa laki dan perempuan dewasa, remaja, anak-anak bahkan bayi untuk menimbul kesan kekejaman dan keganasan mereka. Tujuannya agar Muslim Palestina timbul rasa takut, terteror, dan meninggalkan tanah kelahiran mereka sehingga melapangkan jalan bagi pendudukan Yahudi-Israel di Tanah Palestina, Yerusalem khususnya.

Minimnya dukungan Liga Arab menyebabkan Israel kian ‘kuat’. Minimnya dukungan dari Liga Arab dikarenakan adanya kepentingan masing-masing sehingga membuat negara-negara Arab terpecah. Misalnya Mesir yang terobsesi Golan dan Sinai tetap miliknya. Yordania menghendaki West Bank miliknya.

Sementara Jalur Gaza dibiarkan terus diacupasi Israel dan terus berkonflik dengan Palestina. Tidak bersatunya negara Arab menyulitkan penyelesaian konflik. Selain kepentingan, Liga Arab sudah banyak menghadapi konflik internal yang terjadi di setiap anggotanya. Misalnya, Arab Saudi dengan Yaman dan Suriah yang menyelesaikan perang saudara berkepanjangan. Sementara itu, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel belum lama ini.

Penyebab Konflik yang Memanas Kembali

Konflik bermula dari upaya Israel menggusur paksa warga Palestina yang bermukim di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Warga pun membalas dengan upaya unjuk rasa. Polisi Israel membalas kembali dengan blokade serta ancaman pengusiran kepada siapapun yang terlibat unjuk rasa tersebut.

Pascakerusuhan di Masjidil Aqsa pada Jumat 7 Mei 2021 lalu, ketegangan semakin memanas. Kala itu, polisi Israel membubarkan warga Palestina yang tengah menunaikan salat tarawih di penghujung Ramadhan, Senin 10 Mei 2021. Hal ini menyebabkan Faksi Hamas di Jalur Gaza menembakkan roket ke arah Tel Aviv dan sejumlah wilayah Israel lainnya sebagai balasan atas tindakan Israel yang brutal.

Serangan itu dibalas Israel dengan membombardir Jalur Gaza dengan jet tempur dan bom sulfur. Akibatnya, sejumlah bangunan penting dan appartemen padat penduduk mengalami kerusakan dan merenggut ratusan korban jiwa

Hamas dan Palestina mulai memberlakukan gencatan senjata, mengakhiri 11 hari pertempuran kedua pihak yang telah menewaskan lebih dari 253 orang sebagian besar korban di Gaza. Warga Palestina tumpah ke jalan-jalan di Gaza tak lama setelah pengumuman gencatan senjata dimulai, sementara Hamas memperingatkan mereka tetap berwaspada.

Tak lama setelah gencatan senjata berlaku pada Jumat pukul 02.00 waktu setempat (05.00 WIB), banyak warga Palestina di turun ke jalan dengan mobil ataupun berjalan kaki untuk merayakan kemenangan Syaeful Quds. Di Gaza, pengemudi membunyikan klakson sementara pengeras suara dari masjid-masjid meneriakkan "kemenangan kelompok perlawanan." Militer Israel mengatakan mereka mencabut pembatasan darurat di seluruh wilayah.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More