Marak Pelajar Terlibat Kriminalitas, Pemerintah Jangan Diam

Kamis, 19 Maret 2015 - 09:59 WIB
Marak Pelajar Terlibat...
Marak Pelajar Terlibat Kriminalitas, Pemerintah Jangan Diam
A A A
JAKARTA - Pemerintah diminta tidak tinggal diam atas fenomena maraknya pelajar yang terlibat kejahatan.

Langkah-langkah responsif, baik berupa pencegahan maupun penindakan, harus segera dilakukan demi menyelamatkan masa depan generasi bangsa. ”Ini koreksi besar, terutama untuk Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Mereka mesti bekerja sama dengan kementerian lain di bawah koordinasi Menko Puan Maharani (Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan) membangun teamwork hadapi kasus ini,” ujar Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah di Gedung DPR Jakarta kemarin.

Fahri menuturkan, pemerintah tidak bisa abai terhadap masalah ini. Para remaja, terutama pelajar, menjadi tumpuan bangsa di masa depan. Kriminalitas remaja, kata dia, bukan marak saat ini saja, melainkan sudah lama terjadi. Namun pemerintah terkesan tidak mengantisipasi. ”Padahal mestinya penanggulangan dilakukan sejak dini dan menerapkan perhatian lebih dalam masalah yang sangat serius ini,” katanya.

Seperti diberitakan, sejumlah pelajar terlibat aksi kriminal. Di Depok, Jawa Barat, belasan pelajar ditangkap aparat kepolisian karena terbukti melakukan aksi begal sepeda motor. Dalam beraksi mereka tak segan- segan melukai atau bahkan menghabisi nyawa korbannya. Aparat Polres Semarang juga menangkap komplotan begal motor berusia remaja. Sebagian di antaranya merupakan siswa SMA/SMK.

Di Cirebon, sejumlah pelajar anggota geng motor terlibat penganiayaan sadis terhadap seorang anggota polisi. Beberapa telah ditangkap dan kini meringkuk di tahanan Polres Cirebon Kota. Fahri menegaskan, Kemendikbud memiliki peran vital dalam mencegah dan menangani fenomena ini, yaitu kurikulum sebagai acuan belajar anak. Pendidikan adalah dasar di mana anak akan berperilaku.

”Mendikbud harus ambil inisiatif untuk tangani persoalan ini,” ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera tersebut. Wakil Ketua DPR Fadli Zon menjelaskan, fenomena kriminalitas remaja atau pelajar merupakan gejala patologi sosial yang lahir dari kondisi ekonomi dan tatanan sosial yang tidak stabil. Menurut dia, pemerintah tidak becus menangani penyakit masyarakat ini sehingga akhirnya marak timbul kriminalitas.

Menurut dia, pemerintah harus bisa menciptakan tatanan sosial serta ekonomi yang stabil bagi masyarakatnya. Harus dijamin juga pendidikan yang layak, ketersediaan lapangan pekerjaan, juga masa depan generasi muda Indonesia.” Tanpa itu, mereka (para remaja/ pelajar) akan terpicu berbuat kriminal,” ucapnya. Anggota Komisi III DPR Arsul Sani menambahkan, maraknya pelajar dan remaja dalam kasus-kasus kriminal tidak saja menjadi domain kementerian, melainkan Polri sebagai aparat penegak hukum. Polri mesti tegas dan perlu memberikan efek jera.

Pendidikan Karakter

Merespons desakan tersebut, Kemendikbud mengaku siap meningkatkan pendidikan karakter kepada para remaja dengan cara memberikan materi program yang tidak membosankan. Mulai tahun ini, Kemendikbud akan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler atau pelajaran di luar kelas.

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemendikbud Achmad Jazidie, kegiatan itu antara lain magang bagi siswa dengan para tokoh dan maestro seniman, sastrawan, penyair, pelukis dan tokoh-tokoh kebudayaan sebagai bagian dari pendidikan karakter.

”Jadi pada musim liburan nanti adik-adik kita (para pelajar) itu bisa magang dengan para tokoh itu. Mereka bisa menyalurkan hobinya langsung dengan sang ahli. Saya kira ini positif sebagai ruang untuk penyaluran seni mereka kearah yang positif,” katanya ketika dihubungi KORAN SINDO kemarin. Jazidie mengungkapkan, kementerian sangat prihatin atas banyaknya remaja yang menjadi pelaku pembegalan.

Namun rasa keprihatinan saja tidak cukup. Oleh karena itu dia mengundang seluruh komponen yang bertanggung jawab dalam urusan pendidikan ini untuk mengatasinya. Pemerintah, masyarakat, dan orang tua harus menanggapi hal ini sebagai persoalan besar bersama karena kekerasan mengancam generasi masa depan bangsa. Politisi, pejabat, pengusaha, dan tokoh masyarakat semestinya memberikan contoh yang baik kepada para remaja. Namun dia menekankan, guru adalah tokoh paling efektif memberikan keteladanan bagi remaja.

”Karena itu kompetensi pendidikan yang hendak diraih pemerintah ada tiga, yakni pengetahuan, sikap, dan kemampuan, yang harus terwujud dalam pengajaran di sekolah,” katanya. Mendikbud Anies Baswedan mengungkapkan, selain koordinasi dengan lintas kementerian pihaknya akan mengundang pakar pendidikan, guru, orang tua, dan siswa untuk membicarakan maraknya pembegalan yang dilakukan remaja ini.

Lebih khusus, mantan Rektor Universitas Paramadina ini meminta guru dan kepala sekolah untuk proaktif memantau siswa siswinya agar akar kekerasan dapat diputus di sekolah. Sementara itu kriminolog dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala menyatakan fenomena begal yang terjadi akhir-akhir ini hanya dilakukan kelompok-kelompok remaja tertentu. Meski demikian pemerintah harus lebih fokus pada jumlah remaja yang masih taat terhadap hukum.

”Jangan sampai mereka ikut terjerumus,” ujarnya. Dia melanjutkan, secara persentase jumlah pelaku kriminal itu terbilang kecil alias tidak mayoritas remaja. ”Di sini Polri bisa mencari gerombolan-gerombolan tersebut untuk kemudian disaring agar tidak lebih mewabah atau menularkan pada lingkungannya,” tandasnya.

Mula akmal/ neneng zubaidah/ haryudi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2301 seconds (0.1#10.140)