Komunitas hobi yang membangun brand

Rabu, 20 Februari 2013 - 10:28 WIB
Komunitas hobi yang membangun brand
Komunitas hobi yang membangun brand
A A A
Terdapat banyak komunitas hobi yang terbangun dari nama merek sebuah produk. Keberadaan mereka tidak terbatas pada letak geografis namun satu sama lain mempunyai rasa memiliki. Para anggota mereka merupakan relawan (konsumen) yang loyal.

Perkumpulan konsumen yang bermula dari hobi dapat disaksikan pada komunitas Polygon, Natural Cooking Club (NCC), LiverpoolMania, Byson Yamaha Owner Indonesia Club (Byonic), atau penggemar mobil VW Beetle, lebih dikenal dengan VW Kodok.

Berbagai komunitas hobi tersebut sudah lama terbentuk, tetapi akhir-akhir ini mulai marak diperbincangkan kembali. Kehadiran berbagai komunitas hobi yang membawa nama merek perusahaan tentu saja merupakan kabar yang menggembirakan bagi pihak produsen.

Kesadaran dari bawah itu menjelaskan pihak produsen bahwa mereka memiliki konsumen yang loyal. Penulis buku berjudul Komunitas Konsumen: Teori dengan Pendekatan Antropologi, Eka Ardianto, mengatakan bahwa kini sudah mulai banyak perusahaan yang melirik keberadaan komunitas-komunitas yang membawa merek mereka. Bahkan, tidak sedikit komunitas-komunitas hobi tersebut mendapatkan pembiayaan yang besar dari perusahaan.

Pihak produsen melihat peluang besar bahwa kehadiran komunitas hobi yang mengusung merek tertentu menjadi bagian dari strategi promosi.Tidak heran jika komunitas hobi menyelenggarakan aktivitas kerap disokong dengan sponsorship dan dimitrakan dengan berbagai komunitas hobi lain. Meski begitu, komunitas tetap memiliki independensi.

”Komunitas konsumen yang terbangun dari hobi pada satu sisi sebagai media untuk menyalurkan hasrat hobi dan di sisi yang lain memberi keuntungan bagi perusahaan,” ungkap Eka.

Kehadiran beragam komunitas hobi dapat mendongkrak penjualan produk yang diusung. Pabrikan sepeda dalam negeri Polygon, misalnya, mendapatkan keuntungan yang besar dengan adanya komunitas Polygon Cycle Indonesia (PCI).

Program PCI yang menyuarakan supaya pengendara sepeda menjadi warga negara kelas satu di jalan membawa keuntungan yang besar bagi produsen karena berdampak pada pertumbuhan penjualan yang signifikan.

Menurut Guru Besar Ilmu Pemasaran STIE Prasetiya Mulya Business School Agus W Soehadi, untuk menunjung program PCI, pihak produsen Polygon turut mensponsori sekitar 400–500 event setiap tahun. ”Tentu saja kegiatan ini sekaligus menjadi ajang promosi yang signifikan,” ungkap Agus.

Berikan perlakuan khusus

Komunitas yang digandeng perusahaan tidak harus yang berhubungan langsung dengan brand yang dimiliki. Hal ini seperti yang dipraktikkan Maskapai Garuda Indonesia yang menggandeng Komite Sepeda Indonesia (KSI). Ada sejumlah perlakukan khusus yang diberikan Garuda kepada komunitas sepeda.

Seperti layanan gratis kepada penumpang yang membawa sepeda ke pesawat. Dengan layanan ini pengguna dan pecinta sepeda tidak lagi mengalami kendala ketika bepergian membawa sepeda. Garuda juga sering mensponsori kegiatan dan kejuaran bersepeda. Seperti eventGaruda Indonesia Bike Tour–Maninjau Tour pada 1–3 Februari 2013 lalu.

Event yang diikuti anggota Garuda Group Cycling Community (G2C2) ini sudah diadakan sebanyak 15 kali. Selain Maninjau Tour, sebelumnya Garuda Indonesia Bike Tour juga digelar di Toba (Sumatera Utara), Ubud (Bali), Bandung, Lombok, Batu (Malang), dan Pulau Bangka. Di luar Indonesia,Garuda Indonesia Bike Tour pernah menjajal jalanan di Singapura, Malaysia, Jepang, dan China.

Perlakukan istimewa Garuda kepada komunitas sepeda sempat membuat komunitas lain cemburu. Seperti yang disampaikan seorang wanita peserta seminar Consumunity Marketing: Strategi Pemasaran Berbasis Komunitas yang diadakan Prasetiya Mulya Business School yang mengaku sebagai angota komunitas pembuat kue.

Dalam seminar yang dihadiri Direktur SDM dan Umum PT Garuda Indonesia Heriyanto Agung Putra,wanita tersebut mengatakan, seharusnya Garuda juga memberikan perlakukan khusus pada kue yang dibawa penumpang. ”Kami mengalami kesulitan ketika membawa ke Singapura untuk mengikuti lomba di sana,” kata wanita tersebut.

Heriyanto mengatakan, pihaknya akan mempertimbangan perlakukan pada komunitas lain. Namun dalam penerbangan, khususnya untuk rute internasional, sering terkendala masalah regulasi. ”Misalnya,di penerbangan internasional tidak boleh membawa cairan lebih dari 100 ml,” kata Heriyanto.

Terlepas dari hal itu,kelompok sepeda yang membawa brand Garuda menjadi satu bukti bahwa sebuah komunitas saat ini punya pengaruh penting dalam gerak roda perusahaan. Komunitas bisa menjadi bagian yang membangun citra brand di masyarakat.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3145 seconds (0.1#10.140)