Masyarakat cenderung pilih parpol baru
A
A
A
Sindonews.com - Merosotnya tingkat kepercayaan terhadap partai-partai politik (parpol) lama membuat masyarakat cenderung memilih parpol baru sebagai alternatif pilihan yang lebih menjanjikan.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Ghazali mengatakan, maraknya kasus dugaan korupsi yang melibatkan sejumlah kader parpol yang memiliki kursi di parlemen menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol secara umum menurun drastis.
Pada Pemilu 2014 mendatang, mayoritas masyarakat sangat mungkin tidak akan lagi memilih parpol yang pernah dipilihnya pada Pemilu 2009. Bahkan, besar kemungkinan mereka memercayakan pilihannya kepada parpol baru sebagai alternatif.
Kalangan pemilih pemula pun akan condong melabuhkan pilihannya kepada parpol baru yang belum memiliki rekam jejak bermasalah. “Prediksi saya, lebih dari 60 persen pemilih pada Pemilu 2014 akan memilih parpol baru. Di antaranya adalah pemilih yang tidak mau lagi memilih parpol yang pernah didukungnya pada pemilu lalu dan sisanya adalah pemilih pemula,” ujar Effendi kepada SINDO di Jakarta kemarin.
Effendi mengungkapkan, saat ini ada sebuah rulling party yang sedang mengalami public distrust atas kasus dugaan korupsi yang dilakukan kadernya. Potensi suara yang hilang dari parpol tersebut akan menjadi golongan putih (golput) serta terpecah ke parpol baru dan parpol lama lainnya.
Menurut Effendi, parpol yang paling menjanjikan sebagai alternatif pilihan baru pada 2014 adalah Partai NasDem. Hal ini sudah tampak berdasarkan hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis pada awal Maret ini.
NasDem mampu bertengger di posisi empat besar dengan 5,9 persen suara, menyodok enam parpol menengah yang memiliki kursi di DPR. Tiga parpol besar yang mengoleksi persentase dukungan di atas NasDem secara berurutan adalah Partai Golkar yang memimpin papan atas dengan 17,7 persen suara, PDIP dengan 13,6 persen suara, dan Partai Demokrat 13,4 persen.
Survei LSI dilaksanakan pada 25 Februari–5 Maret 2012 terhadap 2.418 responden di 33 provinsi. Effendi melanjutkan, sedikitnya ada tiga hal yang membuat NasDem dengan jargon Restorasi Indonesia mampu melampaui perolehan dukungan parpol-parpol lama.
Ketiga hal tersebut adalah populer, plural, dan mampu menjelaskan visi perubahan secara sederhana.
Pemilih Perempuan
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Hary Tanoesoedibjo meyakini dukungan dari kalangan perempuan akan sangat menentukan kemenangan NasDem pada Pemilu 2014 mendatang. Karena itu, NasDem sangat mengandalkan salah satu sayapnya, Garda Wanita (Garnita) Malahayati sebagai salah satu penopang utama perolehan suara.
“Kita semua tahu dan meyakini bahwa perempuan memiliki posisi sangat penting dalam setiap segi kehidupan. Begitu pentingnya perempuan hingga Garnita Malahayati akan menentukan kemenangan NasDem di 2014,” ujar Hary saat memberi sambutan pada pelantikan pengurus DPW Garnita Malahayati DKI Jakarta Raya di Jakarta kemarin.
Selain Hary, hadir pula dalam acara itu Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat Surya Paloh, Ketua Dewan Pembina Garnita Malahayati Bachtiar Ali, Ketua Umum DPP Partai NasDem Rio Capella, dan jajaran pengurus lain yang berbaur dengan ribuan kader Garnita Malahayati.
CEO Media Nusantara Citra (MNC) itu menyebutkan, sekitar 7 juta dari kurang lebih 9,5 juta warga DKI Jakarta adalah pemilih atau memiliki hak suara dalam pemilu.
Dari jumlah itu, sekitar 3,4 juta di antaranya adalah perempuan. Sebanyak 2,7 juta–2,8 juta di antaranya sudah berkeluarga. “Artinya, Garnita Malahayati NasDem mempunyai potensi dan kesempatan besar untuk menentukan hasil pemilu,” terangnya.
Hary juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya harus berbicara lugas dan apa adanya tentang cita-cita memenangi Pemilu 2014. Terlebih NasDem adalah satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi badan hukum parpol.
“Dan itu berarti NasDem satu-satunya partai yang akan membawa gerakan perubahan bagi perbaikan Indonesia. Perubahan sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa. Untuk mewujudkannya, NasDem harus menang pemilu,” tegas Hary.
Dia juga menyinggung hasil survei terbaru LSI yang menempatkan NasDem di posisi empat besar. Menurut Hary, NasDem tak cukup puas dengan elektabilitas 5,9 persen karena target perolehan suara pada Pemilu 2014 adalah 12–15 persen.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat Surya Paloh mengatakan, semua kalangan memiliki cita-cita sama untuk membenahi Indonesia. Karena itulah NasDem mengajak semua elemen bergabung. “Perubahan ini adalah tuntutan untuk membenahi masalah mendasar yang amat dibutuhkan bangsa. Setelah 66 tahun kemerdekaan, kita mengalami pasang surut kehidupan. Namun yang sangat menyedihkan, seakan-akan keadilan bukan milik anak bangsa, tapi hanya milik segelintir orang yang berwatak bejat,” ungkapnya.
Surya menambahkan, saat ini ada sekelompok orang memanfaatkan kelemahan hukum untuk menumpuk harta, memanfaatkan celah hukum demi mengamankan diri sendiri tanpa mengindahkan keadilan bagi orang lain.
“Yang menyedihkan adalah adanya orang yang berpandangan bahwa hanya dengan tipu muslihat, mereka akan mendapat kemenangan. Ini yang merisaukan hati kita karena sukar rasanya membedakan antara manusia yang baik dan tulus dengan individu maling namun bertopeng kebajikan. Kita tak bisa lagi membedakan mana pejuang sejati dan mana manipulator serta koruptor,” kata Surya.(lin)
Pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Ghazali mengatakan, maraknya kasus dugaan korupsi yang melibatkan sejumlah kader parpol yang memiliki kursi di parlemen menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap parpol secara umum menurun drastis.
Pada Pemilu 2014 mendatang, mayoritas masyarakat sangat mungkin tidak akan lagi memilih parpol yang pernah dipilihnya pada Pemilu 2009. Bahkan, besar kemungkinan mereka memercayakan pilihannya kepada parpol baru sebagai alternatif.
Kalangan pemilih pemula pun akan condong melabuhkan pilihannya kepada parpol baru yang belum memiliki rekam jejak bermasalah. “Prediksi saya, lebih dari 60 persen pemilih pada Pemilu 2014 akan memilih parpol baru. Di antaranya adalah pemilih yang tidak mau lagi memilih parpol yang pernah didukungnya pada pemilu lalu dan sisanya adalah pemilih pemula,” ujar Effendi kepada SINDO di Jakarta kemarin.
Effendi mengungkapkan, saat ini ada sebuah rulling party yang sedang mengalami public distrust atas kasus dugaan korupsi yang dilakukan kadernya. Potensi suara yang hilang dari parpol tersebut akan menjadi golongan putih (golput) serta terpecah ke parpol baru dan parpol lama lainnya.
Menurut Effendi, parpol yang paling menjanjikan sebagai alternatif pilihan baru pada 2014 adalah Partai NasDem. Hal ini sudah tampak berdasarkan hasil survei terbaru Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis pada awal Maret ini.
NasDem mampu bertengger di posisi empat besar dengan 5,9 persen suara, menyodok enam parpol menengah yang memiliki kursi di DPR. Tiga parpol besar yang mengoleksi persentase dukungan di atas NasDem secara berurutan adalah Partai Golkar yang memimpin papan atas dengan 17,7 persen suara, PDIP dengan 13,6 persen suara, dan Partai Demokrat 13,4 persen.
Survei LSI dilaksanakan pada 25 Februari–5 Maret 2012 terhadap 2.418 responden di 33 provinsi. Effendi melanjutkan, sedikitnya ada tiga hal yang membuat NasDem dengan jargon Restorasi Indonesia mampu melampaui perolehan dukungan parpol-parpol lama.
Ketiga hal tersebut adalah populer, plural, dan mampu menjelaskan visi perubahan secara sederhana.
Pemilih Perempuan
Sementara itu, Ketua Dewan Pakar Partai NasDem Hary Tanoesoedibjo meyakini dukungan dari kalangan perempuan akan sangat menentukan kemenangan NasDem pada Pemilu 2014 mendatang. Karena itu, NasDem sangat mengandalkan salah satu sayapnya, Garda Wanita (Garnita) Malahayati sebagai salah satu penopang utama perolehan suara.
“Kita semua tahu dan meyakini bahwa perempuan memiliki posisi sangat penting dalam setiap segi kehidupan. Begitu pentingnya perempuan hingga Garnita Malahayati akan menentukan kemenangan NasDem di 2014,” ujar Hary saat memberi sambutan pada pelantikan pengurus DPW Garnita Malahayati DKI Jakarta Raya di Jakarta kemarin.
Selain Hary, hadir pula dalam acara itu Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat Surya Paloh, Ketua Dewan Pembina Garnita Malahayati Bachtiar Ali, Ketua Umum DPP Partai NasDem Rio Capella, dan jajaran pengurus lain yang berbaur dengan ribuan kader Garnita Malahayati.
CEO Media Nusantara Citra (MNC) itu menyebutkan, sekitar 7 juta dari kurang lebih 9,5 juta warga DKI Jakarta adalah pemilih atau memiliki hak suara dalam pemilu.
Dari jumlah itu, sekitar 3,4 juta di antaranya adalah perempuan. Sebanyak 2,7 juta–2,8 juta di antaranya sudah berkeluarga. “Artinya, Garnita Malahayati NasDem mempunyai potensi dan kesempatan besar untuk menentukan hasil pemilu,” terangnya.
Hary juga menjelaskan bahwa saat ini pihaknya harus berbicara lugas dan apa adanya tentang cita-cita memenangi Pemilu 2014. Terlebih NasDem adalah satu-satunya partai baru yang lolos verifikasi badan hukum parpol.
“Dan itu berarti NasDem satu-satunya partai yang akan membawa gerakan perubahan bagi perbaikan Indonesia. Perubahan sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai masalah bangsa. Untuk mewujudkannya, NasDem harus menang pemilu,” tegas Hary.
Dia juga menyinggung hasil survei terbaru LSI yang menempatkan NasDem di posisi empat besar. Menurut Hary, NasDem tak cukup puas dengan elektabilitas 5,9 persen karena target perolehan suara pada Pemilu 2014 adalah 12–15 persen.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Ormas Nasional Demokrat Surya Paloh mengatakan, semua kalangan memiliki cita-cita sama untuk membenahi Indonesia. Karena itulah NasDem mengajak semua elemen bergabung. “Perubahan ini adalah tuntutan untuk membenahi masalah mendasar yang amat dibutuhkan bangsa. Setelah 66 tahun kemerdekaan, kita mengalami pasang surut kehidupan. Namun yang sangat menyedihkan, seakan-akan keadilan bukan milik anak bangsa, tapi hanya milik segelintir orang yang berwatak bejat,” ungkapnya.
Surya menambahkan, saat ini ada sekelompok orang memanfaatkan kelemahan hukum untuk menumpuk harta, memanfaatkan celah hukum demi mengamankan diri sendiri tanpa mengindahkan keadilan bagi orang lain.
“Yang menyedihkan adalah adanya orang yang berpandangan bahwa hanya dengan tipu muslihat, mereka akan mendapat kemenangan. Ini yang merisaukan hati kita karena sukar rasanya membedakan antara manusia yang baik dan tulus dengan individu maling namun bertopeng kebajikan. Kita tak bisa lagi membedakan mana pejuang sejati dan mana manipulator serta koruptor,” kata Surya.(lin)
()