Selubung asmara kasus surat palsu MK

Kamis, 29 September 2011 - 18:12 WIB
Selubung asmara kasus surat palsu MK
Selubung asmara kasus surat palsu MK
A A A
Sindonews.com - Teka-teki motif dari surat palsu Mahkamah Konstitusi sampai saat ini masih gelap. Hingga kini penyidik Mabes Polri belum bisa menemukan titik terang dari motif kasus ini apakah ada penyuapan. Terlebih menemukan aktor intelektualnya.

Saat rapat yang diadakan Panja Mafia Pemilu di Gedung DPR, Senayan, Kamis (29/9/2011), muncul gadis cantik bernama Kin Isura Ginting alias Rara. Siapakah Rara? Perempuan berambut pajang ini adalah cucu tiri mantan hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Arsyad Sanusi, sekaligus keponakan dari Neshawati (anak Arsyad). Rara yang kelahiran 1984 ini bekerja sebagai staf administrasi Biro Umum MK.

Nah, Rara ini mengaku kenal dekat dengan Masyhuri Hasan yang bertugas sebagai juru panggil MK sejak 2009. Diketahui, Masyhuri banyak membantu Dewie Yasin Limpo dan Neshawati terkait surat-surat di MK. Keterlibatan inilah yang mengantarkan Masyhuri ditetapkan sebagai tersangka kasus surat palsu MK dan dijerat pasal 263 KUHP karena diduga memalsukan surat.

Masyhuri memberikan tandatangan palsu dan nomor surat palsu pada surat 112 dan 113 tertanggal 14 Agustus. Padahal surat itu dikeluarkan tanpa sepengetahuan Panitera MK, Zainal Arifin Hoesein, yang juga menjadi tersangka. Anehnya nama-nama yang disebut-sebut terlibat dalam kasus ini yaitu Andi Nurpati, Dewie Yasin Limpo, Arsyad Sanusi, dan Neshawati, belum juga ditetapkan sebagai tersangka. Mereka membantah jika terlibat dalam kasus surat palsu MK.

Sejauh mana kedekatan Rara dengan Masyhuri? "Jalan bareng, makan bareng. Saya pulang sering diantar," aku Rara saat memberikan keterangan kepada Panja Mafia Pemilu. Bahkan, dia mengaku pernah mempertemukan Masyhuri dengan Neshawati dan Dewie Yasin Limpo. "Pertemuannya tidak sengaja. Saya undang dia untuk makan-makan, basa-basi, tapi dia datang betulan," terang Rara.

Rara pun menjelaskan bahwa hubungan dia dengan Masyhuri Hasan tidak berlanjut pada pacaran. Hubungan dia waktu itu masih pendekatan, sedangkan hubungan Rara dengan Dewie Yasin Limpo disebabkan karena Dewi merupakan teman akrab dari ibu kandung Rara. "Di bagian TU, sudah enggak sama (Hasan). Kalau dulu cuma PDKT (pendekatan), bukan pacaran waktu di BAP. Kalau Bu Dewi itu teman ibu saya. Teman lama dan ibu saya punya restoran. Hanya kenalan dan reuni," tandas Rara.

Menjadi tanda tanya besar, apa yang mendorong Masyhuri terlibat jauh dalam kasus ini? Apakah ada motif asmara? Seperti diakui Rara, Masyhuri pernah melakukan pendekatan. Namun untuk sampai ke tahap pacaran, Rara menyangkalnya.

Ketua Panja Mafia Pemilu Chairuman Harahap mengaku heran juga dengan tindakan Masyhuri. "Hubungannya sejauh mana, motif uangkah, atau hubungan-hubungan khususkah, atau apa. Masih belum keliatan. Kita juga bertanya-tanya motif Hasan begitu terdorong menuruti permintaan Andi Nurpati, Nesha, Dewie Yasin limpo. Apa?"

Menurut dia, saat Andi Nurpati dan Dewie menelepon, maka Masyhuri langsung membuatkan suratnya. "Apa motifnya masih saya kira perlu kita perjelas. Tapi bukan itu menjadi pidananya. Yang penting memang pengakuan Rara, membenarkan adanya acara di situ (apartemen)," kata Chairuman.

Kalau motifnya asmara, Rara? "Ya, kemungkinan itu bisa saja. Tidak tertutup kemungkinan itu. Namanya sama-sama anak muda," ucapnya sambil tertawa. "Tapi motif lainnya juga harus diungkap," sambung Chairuman.

Nah, jika memang dalam kasus surat palsu MK yang menyeret Andi Nurpati-jubir Partai Demokrat, maka tak ubahnya seperti kemunculan Rani Juliani. Sekadar diketahui, beredar kabar terjadi percekcokan antara Antasari dan Nasrudin di Hotel Grand Mahakam, Jakarta. Pemicunya, Nasrudin mendapati Antasari bertemu Rani di hotel tersebut. Rani tak lain istri muda Nasrudin.

Dari pertemuan itu kemudian menjadi dasar untuk menduga adanya cinta segitiga antara Rani, Antasari, dan Nasrudin. Cerita itu kemudian dikembangkan sedemikian rupa, sehingga ada anggapan Antasari sengaja dijebak.

Kasus surat paslu MK dan kasus Antasari yang kini sudah divonis 18 tahun penjara, memang dua perkara yang berbeda dan berlainan kepentingan. Namun demikian, jika memang benar tindakan yang dilakukan Masyhuri bukan didasari penyuapan, bisa jadi tujuan asmara perlu didalami lebih jauh. Kemungkinan lainnya, munculnya hubungan asmara ini boleh jadi untuk mengaburkan motif suap yang tengah diselidiki penyidik Mabes Polri.

Semua kemungkinan bisa saja terjadi dalam kasus yang pelik dan melibakan petinggi partai yang tengah berkuasa saat ini. Tudingan terhadap banyak kasus yang direkayasa menjadikan bukti jika penuntasan kasus-kasus besar di tanah air hanya menyisakan misteri. Uniknya, dari sekian kasus itu, lagi-lagi ada peran serta perempuan di dalamnya.

Dalam hal ini, penyidik harus benar-benar jeli dalam menggali informasi untuk mengungkap sampai ke akar-akarnya, mana saja pihak-pihak yang benar-benar terlibat dan menjadi otak kejahatannya, tak sebatas oknum yang diperalat.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4974 seconds (0.1#10.140)