Percaya Diri dengan Gaya Hidup Syariah

Minggu, 23 Agustus 2015 - 10:23 WIB
Percaya Diri dengan Gaya Hidup Syariah
Percaya Diri dengan Gaya Hidup Syariah
A A A
Perkembangan zaman telah memengaruhi manusia dalam mengimplementasikan gaya hidupnya.

Seiring sudah jenuhnya masyarakat dengan gaya hidup hedonisme, kini mulai semarak di berbagai kalangan gaya hidup syariah atau lebih sering disebut halal lifestyle.

Kini gaya hidup syariah atau halal lifestyle tidak hanya terkait soal makanan atau ekonomi, tetapi juga lebih luas dari itu. Mulai dari gaya berpakaian, konsep hotel, bahkan tata rias pun tak mau ketinggalan mengikuti tren halal lifestyle.

Menjamurnya gaya hidup syariah ini dipercaya akan lebih membawa ketenangan dan kenyamanan bagi masyarakat. Pengamat marketing, Yuswohady, mengatakan, konsumen kelas menengah muslim di Indonesia memang mengalami pergeseran nilai-nilai dan perilaku yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu yang menarik adalah masyarakat semakin religius.

“Semakin makmur, semakin knowledgeable mereka dan semakin technology-savvy. Justru semakin mencari manfaat spiritual (spiritual value) dari produk yang mereka beli dan konsumsi. Yaitu produk dan jasa yang menjalankan kepatuhan (compliance ) pada nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam,” papar Yuswohady.

Menurut dia, kalau dulu konsumen muslim kurang begitu concern dengan praktik riba dalam mempergunakan jasa bank, kini menjadi peduli untuk menghindari riba. Bank syariah tumbuh demikian pesat selama 15 tahun terakhir mencapai 40% per tahunnya. Kalau dulu tak begitu peduli dengan makanan halal, kini kaum muda muslim menjadi sangat peduli.

Survei yang telah dilakukan Yuswohady terhadap masyarakat kelas menengah muslim pun menunjukkan, untuk produk kosmetik, setidaknya 95% dari responden mengecek label halal saat membeli produk. Begitu pula kaum wanita muslim kini semakin concern untuk menutup auratnya, terbukti muslimah berlomba-lomba mengenakan hijab.

Salah satunya karena derasnya pemberitaan berbagai model hijab yang dipergunakan para artis. Itulah sebabnya, lanjut dia, jika dibandingkan dengan lembaga keuangan syariah dan lainnya, perkembangan hijab jauh lebih dahsyat. Apalagi dalam perkembangan hijab, ada cool factor yang menentukannya. Memanfaatkan kekuatan komunitas dan pemasaran dari mulut ke mulut (word of mouth).

Melalui beragam media sosial seperti blog, Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Menurut Chairman PT Sofyan Hotels Tbk Riyanto Sofyan, ada fenomena menarik yang mulai berkembang sejak beberapa terakhir. Baik itu di industri pariwisata maupun industri kebutuhan gaya hidup lainnya. Seperti sektor makanan dan minuman, pakaian dan fashion , periklanan, film, musik, media dan rekreasi, obat-obatan dan pelayanan kesehatan, serta kosmetik.

Fenomena itu timbul karena timbulnya kebutuhan pasar yang tumbuh dengan pesat terhadap berbagai produk dan jasa pada sektor riil tersebut. “Kebutuhan itu berdasarkan nilai-nilai (value driven) dari jalan hidup (way of life) umat muslim,” ucap Riyanto. Kondisi itu seiring dengan pertumbuhan kelas menengah yang signifikan. Berdasarkan data dari Swa-Inventure, populasi kelas menengah muslim di Indonesia sekitar 112 juta orang dengan nilai pasar Rp112 triliun per bulan.

Hal itu menegaskan demand terhadap konsumsi yang memenuhi kaidah syariah. Suatu pasar dengan demografi muda sedang tumbuh dalam kemakmuran dan semakin menunjukkan kebutuhan khas halal lifestyle -nya dalam seluruh aspek kehidupan. Di sisi lain, secara sosiologis tren masyarakat muslim saat ini bergerak dari “muslim traditionalist “ ke “muslim futurist“.

Secara ekonomi mereka makin mapan, tetapi makin religius dan berpegang teguh pada Islam dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Mendorong perubahan dan kemajuan sosial masyarakat, tidak resisten terhadap perubahan asalkan sesuai dengan nilai-nilai agama. “Mereka juga makin modern, trendi, dan techsavy. Ini fenomena tumbuhnya halal lifestyle dalam masyarakat muslim, khususnya pada generasi muda muslim,” kata Riyanto yang juga menjabat ketua umum Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Indonesia (AHSIN) itu.

Riyanto menjelaskan, perkembangan halal lifestyle juga bisa dilihat dari semakin maraknya hotel dengan manajemen syariah. Terakhir adalah Eastparc di Jogjakarta dan Noor Hotel di Bandung pada akhir 2014. Hal ini menandakan bahwa minat masyarakat mempergunakan jasa dan layanan hotel dengan konsep syariah semakin besar. Berdasarkan data AHSIN, per April 2015 ada 37 hotel yang telah memiliki sertifikat syariah dan sekitar 150 hotel yang menerapkan prinsip tersebut.

Sekitar 27 perusahaan tour and travel telah mendapatkan sertifikat dan sekitar 800 lainnya telah menerapkan prinsip syariah. Sebanyak 303 restoran telah mendapatkan sertifikat dan sekitar 1.800 lainnya diyakini telah menerapkan prinsip syariah. Selain itu, ada 29 spa yang telah mendapatkan sertifikat syariah, sedangkan 100 spa lainnya telah menerapkan konsep tersebut.

Sementara itu, Anggota Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sapta Nirwandar menambahkan, sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia atau sekitar 85% umat muslim dari 250 juta jiwa, Indonesia tentu berpotensi sebagai pasar produk dan jasa halal. Contohnya pada 2013 masih mengimpor produk kosmetik dan farmasi halal dari Korea dengan nilai total USD36,4 juta (kosmetik USD11,7 juta, farmasi USD 24,7 juta).

Selain itu, Indonesia juga masih mengimpor produk makanan dari Thailand dan daging sapi dari Selandia Baru serta Australia. Sapta mengungkapkan, halallifestyle menyangkut semua aspek kehidupan masyarakat. Mulai dari halal food, travel, media, rekreasi, hingga keuangan. “Bukan berarti umat muslim ingin eksklusif karena sebenarnya gaya hidup ini juga bisa dipergunakan atau manfaatkan umat lainnya,” jelas dia.

Sudah waktunya, lanjut Sapta, stakeholder halallifestyle menyusun program yang semakin terarah dan terintegrasi untuk pengembangan halal lifestyle sebab dibutuhkan good will, political will, dan lainnya yang diperlukan dari pemerintah untuk memberikan lingkungan usaha kondusif. Wakil Dewan Syariah Nasional Adiwarman Azwar Karim mengatakan, Indonesia akan menjadi pusat perhatian serta kiblat ekonomi syariah di dunia, bahkan menjadi rujukan oleh beberapa negara di dunia mengenai ekonomi syariah.

Menurut Adiwarman, pada tahun 2015 ini banyak sekali komponen yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Pertama , Indonesia akan menjadi ketua Islamic Financial Services Board (IFSB), yaitu sebuah organisasi yang menetapkan standar internasional yang menyusun aturan industri keuangan syariah.

Kedua, adanya rencana dari Kementerian Agama (Kemenag) yang akan mengalokasikan dana haji melalui instrumen syariah baik kepada bank syariah ataupun sukuk. Ketiga, akhir tahun 2015 Indonesia akan menjadi ketua dari Islamic Development Bank (IDB).

Hermansah/robi ardianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4495 seconds (0.1#10.140)