Lagi, Tim STEI ITB Raih Juara 1 Kontes Desain Chip di Jepang

Senin, 16 Maret 2015 - 05:12 WIB
Lagi, Tim STEI ITB Raih Juara 1 Kontes Desain Chip di Jepang
Lagi, Tim STEI ITB Raih Juara 1 Kontes Desain Chip di Jepang
A A A
BANDUNG - Tim dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) kembali meraih Juara 1 pada ajang kompetisi desain chip di Jepang belum lama ini.

Pembimbing Tim, Nur Ahmadi mengemukakan, ada dua tim yang dikirimkan pada ajang 18th Large Scale Intergation (LSI) Design Contest 2015 di Okinawa, Jepang, yakni Tim Ethersound Ganeca dan Tim Sangkuriang. Yang dikompetisikan seputar bagaimana membuat chip untuk menghitung fungsi dari trigonometriknya, seperti sinus dan cosinus.

“Untuk tim Ethersound Ganeca berhasil menyabet juara 1 untuk kategori Smart Info Media (ISI) Award, sedangkan untuk Tim Sangkuriang mendapatkan penghargaan Fighting Spirit Award,” ungkapnya saat dihubungi SINDO, Minggu 15 Maret 2015 malam.

Ia mengatakan, untuk tim Ethersound Ganeca berhasil menyingkirkan 11 finalis lain dari berbagai negara yang finalnya dilaksanakan pada 13 Maret 2015 lalu di 50th Anniversary Memorial Hall Department of Computer Science, University of the Ryukyus, Jepang.

Tim Ethersound Ganeca yang beranggotakan Bagus Hanindhito, Hafez Hogantara, dan Annisa Istiqomah Arrahmah ini mengajukan desain bertema Ultrasonic Sensor Based Contactless Theremin Using Pipeline CORDIC as Tone Generator in FPGA, tim tersebut mencoba mengembangkan teknologi bernama Theremin.

Ketua Tim Ethersound, Bagus Hanindhito mengemukakan, Theremin adalah instrument musik elektronik yang dapat dimainkan tanpa harus menyentuhnya. Instrumen ini pada dasarnya memanfaatkan dua antena dalam mendeteksi posisi relatif tangan untuk mengendalikan frekuensi dan amplitudo.

Bagus mengatakan, timnya mengajukan ide mengganti antena dengan sensor ultrasonic untuk deteksi posisi tangan dan CORDIC (Coordinate Rotation Digital Computer) sebagai metode pembangkitan tone. Hal ini untuk menghasilkan nada dalam permainan musik, digunakanlah chip CORDIC yang telah didesain tadi.

Hasilnya adalah intrumen musik Theremin berbasis sensor ultrasonik dan CORDIC sebagai penghasil tone atau nada. “Desain tersebut diimplementasikan pada board FPGA dan dapat bekerja dengan baik,” katanya.

Sementara itu, Ketua Tim Sangkuriang Antonius Perdana Renardy menyebutkan, pihaknya berhasil mendapatkan penghargaan Fighting Spirit Award atas desainnya yang berjudul Design and Implementation of CORDIC Algorithm in All-Digital FM Modulator-Demodulator. Tim yang terdiri dari Antonius Perdana Renardy, Ashbir Aviat Fadila, Naufal Shidqi berhasil membuat sistem FM (Frequency Modulation) digital berbasis CORDIC FM.

Menurutnya, sistem ini merupakan proses pengubahan frekuensi suatu gelombang pembawa sehingga mampu membawa suatu informasi. FM ini banyak digunakan pada penyiaran musik atau suara, sistem radio dua arah, radar, dan lain-lain.

Dilanjutkannya, aplikasi ini berupa sistem Frequency Modulation (FM) yang bisa digunakan untuk membroadcast musik atau audio, contohnya seperti radio. Timnya berhasil mendemokan pengiriman musik dan dapat diterima dengan hasil yang sama.

“Device ini nantinya dapat dikembangkan lagi dan digunakan untuk komunikasi dua arah, misalnya yang sekarang sedang digalakkan pemerintah adalah Radio Nelayan,” paparnya.

Sebagai informasi, LSI Design Contest adalah kontes desain chip tahunan yang diselenggarakan oleh University of the Ryukyus, Jepang dan diikuti oleh peserta perwakilan universitas di Asia. Tantangan tahun ini yaitu bagaimana mendesain hardware untuk perhitungan fungsi trigonometric dan membuat aplikasinya.

Dari 80 lebih desain yang masuk, terpilih 12 tim yang melaju ke babak final. Indonesia mengirimkan dua wakilnya, begitu juga dengan Vietnam, sedangkan sisanya berasal dari Jepang.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8913 seconds (0.1#10.140)