Bila Konglomerat Masuk Barak

Rabu, 01 Oktober 2014 - 06:12 WIB
Bila Konglomerat Masuk Barak
Bila Konglomerat Masuk Barak
A A A
JAKARTA - Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengangkat dua pengusaha besar menjadi penasihat TNI. Pengangkatan tersebut dikhawatirkan akan membawa tentara kembali berbisnis.

Jumat siang pekan lalu, lima orang perwakilan dari TNI Angkatan Udara merapat di lantai satu Mayapada Tower, Jalan Sudirman, Jakarta.

Menjelang sore, Executive Chairman Bank Mayapada, Dato' Sri Tahir mengantar tamunya hingga pintu lift. Meski materi rapat bersifat rahasia, kehadiran mereka tidak lepas dari peristiwa sehari sebelumnya.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko membuat gebrakan anyar di Markas Besar TNI di Cilangkap. Panglima mengangkat dua pengusaha besar, yakni Peter Sondakh, bos Rajawali Group
sebagai penasihat Panglima TNI Bidang Ekonomi.Adapun Tahir diminta menjadi Penasihat Panglima TNI Bidang Kesejahteraan Prajurit.

Menurut Tahir, pengangkatan itu bukan secara tiba-tiba melainkan karena pertemanan dengan militer yang sudah berlangsung lama."Pak Moeldoko menyampaikan langsung. Ia
meminta saya membantu kesejahteraan prajurit," ujarnya kepada SINDO Weekly. (SINDO Weekly edisi 30 Tahun III, 25 September-1 Oktober 2014).

Pernyataan senada disampaikan Panglima. Moeldoko berujar, pengangkatan Tahir
bertujuan untuk membantunya meningkatkan kesejahteraan tentara. Sebagai orang nomor satu di institusi TNI, mengangkat kualitas hidup anak buah sudah menjadi kewajibannya.

Sosok Tahir pun dinilai tepat. Selain pengusaha, Tahir juga dikenal sebagai seorang filantropis dan akrab dengan TNI.Cerita Tahir, yang dinobatkan sebagai orang terkaya ke-12 di Indonesia, hubungannya dengan militer sudah terjalin lama. Keakrabannya semakin meningkat sewaktu George Toisutta menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada 2009.

Melalui Tahir Foundation, ia memberi beasiswa bagi anak-anak tentara hingga sekarang, termasuk membangun rumah sakit di Kopassus, Cijantung. Seiring itu, Tahir lantas berpikir untuk
membangun rumah bagi tentara.

"Tempat tinggal prajurit itu sulit, apalagi yang memasuki masa pensiun," katanya.

Kisah prajurit yang kesulitan tempat tinggal serta purnawirawan yang harus tergusur dari rumah dinas bukan barang baru.

Awal September ini, Kodam V Brawijaya mengeksekusi 15 kepala negara purnawirawan di Perumahan Taman Hayam Wuruk, Surabaya.Tahun lalu, beberapa pensiunan tentara juga harus keluar dari rumah dinas di kawasan Berland, Jakarta Timur.

Atas dasar itu, Tahir berencana membangun 1.000 rumah bagi prajurit TNI di tiga angkatan.
Lahan seluas 20 ha telah ia siapkan di Maja, Kabupaten Lebak, Banten.

Menurut menantu Mochtar Riady (Lippo Group) ini, rumah model knock down alias bongkar pasang bahannya didatangkan dari China.

"Bila Tuhan mengizinkan, enam bulan lagi saya serahkan," paparnya.

Setelah tahap pertama rampung, Tahir akan membangun 200-400 unit rumah bagi prajurit
di setiap provinsi. Rumah tersebut nantinya akan menjadi aset negara.

Lantas berapa biayanya? Tahir enggan menjawab. Kata dia, pembangunan rumah semata-mata demi meringankan beban prajurit.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jaleswari Pramodharwardani mengatakan, bantuan rumah untuk prajurit bisa membuat TNI ketergantungan kepada pengusaha.

Bila terjadi, kata dia, itu merupakan kemunduran dari profesionalisme TNI yang
sudah diperjuangkan selama 16 tahun sejak reformasi.

Pengamat militer dari Universitas Pertahanan Salim Said mengkhawatirkan pengangkatan konglomerat menjadi Penasihat TNI dapat membawa TNI kembali berbisnis.

"Jangan sampai keadaan ini membawa TNI balik ke bisnis. Apa ada sinterklas mau
bagi-bagi rumah ke TNI? Dia dapat apa?" tanya Salim.

Menanggapi hal tesebut, Tahir mengatakan tidak ada conflict of interest antara bisnisnya dan sumbangan rumah prajurit.

Adapun pengamanan Bank Mayapada serta bisnis lainnya dilakukan sesuai prosedur, bukan pamrih.

Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Fuad Basya mengatakan kemampuan negara
dalam memberi kesejahteraan prajurit sangat terbatas.

Untuk itu, kata Basya, sebagai penanggung jawab kualitas hidup tentara, Panglima TNI mengambil terobosan. "Seorang Panglima TNI harus bisa membuat terobosan untuk kemajuan TNI," katanya kepada SINDO Weekly.

Fuad mengatakan, sumbangan rumah dan kehadiran pengsuaha tidak akan
mempengaruhi profesionalitas tentara
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4544 seconds (0.1#10.140)