Distribusi Buku Kurikulum terhalang Arus Mudik

Senin, 21 Juli 2014 - 22:16 WIB
Distribusi Buku Kurikulum terhalang Arus Mudik
Distribusi Buku Kurikulum terhalang Arus Mudik
A A A
JAKARTA - Pemerintah menyatakan distribusi buku kurikulum sekolah menengah atas (SMA) ke sekolah kemungkinan tidak tepat akibat lalu lintas mudik Lebaran yang padat.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah mengharuskan sekolah untuk menggandakan atau fotokopi materi ajar.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh mengatakan, pada intinya itu proses pemesanan, percetakan dan distribusi buku ke sekolah tetap berjalan sesuai rencana.

Menurut dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku penanggung jawab pengadaan buku menargetkan 4 Agustus buku kurikulum sudah sampai semua ke sekolah.

Namun ternyata distribusi buku saat ini terhalang arus lalu lintas mudik di sejumlah daerah yang mulai padat.

“Sekarang truk-truk tidak mudah melewati jalan utama. Sangat dimaklumi jika ada keterlambatan,” ujarnya pada konferensi pers Kurikulum Baru Bersama Guru dan Kepala Sekolah di Gedung Kemendikbud (21/7/2014).

Menurut dia, bagi sekolah yang bukunya belum sampai karena kondisi tersebuit diwajibkan memfotokopi materi kurikulum. Dia menjelaskan, materi buku kurikulum sudah dikirim Kemendikbud melalui compact disc (CD) ke semua sekolah.

M Nuh menjelaskan, sekolah dapat mencetak beberapa materi yang akan diajarkan pada awal tahun sebelum tahun ajaran baru dimulai. Materi kurikulum dapat diunduh dan dilihat secara bebas oleh pihak sekolah.

Dia menjelaskan, memang ada 1,1 juta guru yang sudah dilatih dengan dana ABPN dan APBD. Kemendikbud pun mengevaluasi kesiapan guru sasaran untuk melaksanakan kurikulum baru.

Hasilnya, masih ada beberapa guru yang kesulitan memahami konsep kurikulum, tujuan kurikulum, konsep dan pendekatan sainstifik dan cara pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

“Intinya kami ingin melihat bagaimana kesiapan guru, instruktur nasional hingga ke narasumber untuk melaksanakan kurikulum baru ini,” ujarnya.

M Nuh mengatakan, guru juga mengalami kesulitan dalam penilaian siswanya. Jika dahulu penilaian siswa bisa memakai perkiraan dan angka, sekarang harus memakai penilaian secara deskripsi otentik anak dalam memahami kurikulum ini.

Menurut dia, bagi guru yang sudah lebih dulu menerapkan kurikulum sudah terbiasa dengan penilaian autentik. Namun bagi guru baru masih membutuhkan waktu adaptasi.

Direktur Pembinaan SMA Kemendikbud Harris Iskandar menjelaskan, banyk buku yang masih dalam proses pengiriman.

Meski demikian, Kemendikbud mengantisipasinya dengan mengirimkan file dalam bentuk PDF ke setiap sekolah. Sekolah diizinkan menggandakan isi file tersebut tanpa melanggar hak cipta meski Kemendikbud yang memegang hak cipta tersebut.

“Masalahnya adalah penggandaan dengan fotokopi akan memakan biaya yang tidak sedikit,” katanya.
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2317 seconds (0.1#10.140)