Korupsi sebabkan pengelolaan potensi alam tidak maksimal

Sabtu, 15 Februari 2014 - 17:36 WIB
Korupsi sebabkan pengelolaan potensi alam tidak maksimal
Korupsi sebabkan pengelolaan potensi alam tidak maksimal
A A A
Sindonews.com - Maraknya kasus korupsi dan kesenjangan sosial dinilai menyebabkan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia tidak maksimal. Padahal Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah dan lautan yang luas.

"Indonesia ini memiliki semua, laut Indonesia paling besar di dunia, hutan tropis paling besar, pertambangan juga. Begitu juga dengan perkebunan dan pertanian. Namun harusnya bisa lebih sering panen," ujar CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) di hadapan ratusan pelajar pada acara Leadership Training di Padepokan Sabda Alam, Jalan Al Muhlisin Nomor 32, Perigi-Bedahan, Sawangan, Kota Depok, Sabtu (15/2/2014).

HT menyesalkan Indonesia yang hingga kini masih banyak mengimpor produk pertanian dari negara lain. Padahal sebelumnya, Indonesia banyak melakukan ekspor hasil pertanian. "Ini tantangan bagi generasi muda. Kedelai, beras, cabai. Produk pertanian impor itu aneh, dulu kita ekspor. Jumlah penduduk kita nomor empat terbesar di dunia. 20 tahun lagi jumlah penduduk Indonesia akan lebih besar dari Amerika," papar calon wakil presiden itu.

Dia menjelaskan, keunggulan perekonomian Indonesia ditopang oleh kelas menengah. Sebesar 60 persen adalah pelaku usaha kecil mikro kecil dan menengah (UMKM). Terlepas dari kritik kepada pemerintah, HT menilai perekonomian Indonesia tetap tumbuh.

"Ekonomi kita sangat retail, tidak gampang goyang kena krisis. Indonesia kelas menengah paling dominan, ekonomi kita tetap tumbuh, namun memang belum maksimal (mengelola) potensi itu. Kalau kita maksimal, kita itu bisa menjadi negara nomor 5 paling besar di dunia. Namun penghasilan kita hanya sepertiganya dari Malaysia," ungkapnya.

Menurut HT, persoalan korupsi, kesenjangan sosial dan ketidakpastian hukum membuat pengelolaan potensi alam belum maksimal. "Tidak ada kepastian hukum. Masalah pendidikan juga jadi masalah, 40 persen masyarakat kita masih (lulusan) SD, petani kita sama, sama-sama tak produktif. Padahal di negara lain mereka sudah pakai traktor dan nelayan sudah pakai GPS," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5967 seconds (0.1#10.140)