Saudagar Keturunan Arab dan Rumah Proklamasi

Rabu, 18 Januari 2017 - 15:38 WIB
Saudagar Keturunan Arab dan Rumah Proklamasi
Saudagar Keturunan Arab dan Rumah Proklamasi
A A A
PIDATO Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) PDIP ke-44 menjadi polemik. Beberapa isi pidato yang diucapkan Megawati dinilai telah menyinggung pihak tertentu.

Adapun salah satunya ucapan Megawati yang mengutip pernyataan ayahnya, Soekarno. "Kalau kamu mau jadi Hindu jangan jadi orang India. Kalau kamu mau jadi orang Islam jangan jadi orang Arab. Kalau kamu mau jadi orang Kristen jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya yang kaya raya ini," kata Megawati

Pidato Megawati Soekarnoputri ini sempat meramaikan sosial media. Banyak netizen yang menimpali pernyataan Megawati Soekarnoputri terkesan menafikan peran orang Arab dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Beberapa di antaranya;

David Ridwan Betz ‏@davidridwanbetz Jan 11: Apalagi pidato MEGAWATI SP kemaren yg mengatakan "kalau mau jadi islam jangan menjadi org arab" nyaris dia sdh membuka konflik ke Islam

RumahAksara ‏@didienAZHAR Jan 11: Menurut Habil, Megawati tidak paham posisi agama dalam prespektif penciptaan manusia, bahwa agama Islam bukan budaya Arab.

YACHSYA ‏@Yachsya Jan 11: Megawati gagal "SEJARAH" Bangsa "ARAB"yang banyak melawan penjajah di Negri ini sehingga Merdeka..! Dan bangsa... http://fb.me/2GLacVQdj

Ucapan Megawati mengingatkan kembali tentang cerita mengenai seorang saudagar keturunan Arab yang tinggal di Indonesia bernama Faradj bin Said Awad Martak. Dia adalah saudagar sukses di Jakarta (dahulu bernama Batavia) di zaman kolinial Belanda. Dia juga tercatat sebagai Presiden Direktur N.V. Alegemeene Import-Export en Handel Marba.

Berdasarkan penelusuran SINDOnews yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan, Faradj bin Said Awad Martak adalah pria kelahiran Hadramaut, Yaman Selatan. Putranya bernama Ali bin Fardj Martak dikenal sangat dekat dengan Bung Karno. Ali kemudian menjadi penerus usaha Faradj bin Said Awad Martak.

Beberapa ada yang menulis Faradj bin Said Awad Martak memiliki jasa dalam proses terciptanya kemerdekaan Indonesia. Rumah yang berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini Jakarta adalah milik Faradj bin Said Awad Martak. Rumah itu dijadikan tempat tinggal Soekarno sekaligus pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Rumah tersebut sejak tahun 1962 sudah diratakan atas perintah Soekarno kemudian dibangun Gedung Pola, dan tempat Bung Karno berdiri bersama Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia itu lalu didirikan monumen Tugu Proklamasi. Sejak itulah Jalan Pegangsaan Timur berubah menjadi Jalan Proklamasi.

Cerita mengenai Faradj bin Said Awad Martak ini didukung adanya surat yang mengatasnamakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perhubungan Republik Indonesia Ir HM Sitompul tertanggal 14 Agustus 1950.

Dalam surat itu menyatakan Pemerintah Indonesia menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Faradj bin Said Awad Martak. Penghargaan diberikan kepadanya karena telah membantu Indonesia dalam hal beberapa usahanya membeli beberapa gedung di Jakarta, antara lain Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini Jakarta.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1660 seconds (0.1#10.140)