Informasi yang Utuh

Rabu, 30 November 2016 - 09:25 WIB
Informasi yang Utuh
Informasi yang Utuh
A A A
Dalam beberapa pekan terakhir kita disajikan keriuhan atau kalau boleh dikatakan kegaduhan yang luar biasa dalam media sosial. Dalam era information and communications technology (ICT) yang terus berkembang, sarana komunikasi massa semakin memudahkan masyarakat.

Masyarakat bukan lagi sebagai objek, tapi sebagi subjek dalam praktik komunikasi massa. Masyarakat bisa secara mandiri (personalized) melakukan komunikasi ke massa menggunakan media sosial atau media digital.

Selain itu, keterbukaan atau transparansi juga semakin terasa pada era digital saat ini. Semua informasi akan semakin mudah diakses sehingga masyarakat mudah terpapar berbagai informasi bahkan yang mungkin bersifat rahasia. Selain semakin personalized dan terbuka, informasi yang diperoleh pun semakin cepat.

Zaman memang telah berubah. Dalam era digital informasi menjadi milik bersama (massa) yang didapat dengan mudah dan cepat. Banjir informasi pun tak terelakkan. Semestinya, semakin banyak dan cepat informasi yang diperoleh, masyarakat akan semakin berpengetahuan.

Banyaknya informasi yang diperoleh dengan cepat membuat masyarakat akan semakin memahami semua informasi sehingga menambah wawasan mereka. Itu semua tentu harapan, terutama bagi pengembang ICT, karena prinsip dasarnya semakin memudahkan kehidupan masyarakat.

Namun, yang terjadi justru semakin cepat dan banyak informasi yang diperoleh, masyarakat seolah semakin liar dalam berpendapat atau menyimpulkan suatu informasi. Padahal, belum tentu informasi yang diperoleh itu benar atau salah. Karena bersifat personalized, terbuka, dan cepat, masyarakat pun semakin mudah menyebarkan informasi yang belum tentu kebenarannya.

Ada ihwal yang memang belum bisa dipahami masyarakat dalam mengonsumsi banyaknya dan cepatnya informasi, yaitu verifikasi atau validasi informasi. Verifikasi penting dilakukan untuk menyaring apakah informasi tersebut benar atau salah (hoax).

Ketika menemukan kebenaran dari informasi tersebut, kita juga harus meneliti dari sisi mana kebenaran tersebut karena sudut pandang seseorang atau kelompok tentang sebuah kebenaran akan berbeda. Dengan begitu, akan ada banyak faktor (internal dan eksternal) yang memengaruhi kebenaran tersebut.

Semakin banyak dan cepat informasi yang didapat semestinya justru semakin kita ketat dalam melakukan verifikasi. Kita semestinya harus semakin skeptis dalam memandang sebuah informasi seperti yang semestinya dilakukan oleh awak media massa.

Bayangkan, dengan semakin personalized, terbuka, dan cepat, seseorang bisa dengan mudah menghujat tokoh agama atau tokoh negara. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Maruf Amin, KH Mustofa Bisri, ulama Aa Gym, atau bahkan Presiden atau pimpinan DPR bisa dihujat, yang menghilangkan tata krama sosial. Kondisi ini tidak hanya mengundang keprihatinan Presiden Joko Widodo, tapi tokoh-tokoh agama dan sosial pun harus ikut urun rembuk agar masyarakat bisa lebih bijak dalam memanfaatkan kemajuan ICT.

Kondisi jelang Pilkada Serentak 2017 ini memang bukan pertama kali terjadi. Jelang Pemilihan Presiden 2014 pun media sosial dibuat gaduh silang pendapat dan informasi yang membuat hubungan antarindividu dan antarkelompok semakin renggang, bahkan putus. Kebenaran seolah menjadi barang mahal meskipun kebenaran pun mempunyai versi masing-masing.

Di terpaan era digital saat ini, masyarakat harus semakin bijak dalam mengonsumsi informasi. Banyaknya informasi yang didapat harus dikemas dan dijahit lebih bijak agar mendapatkan informasi yang utuh. Ya, masyarakat harus mendapatkan informasi yang utuh agar bisa lebih bijaksana dalam bersosialisasi.

Informasi sepotong-sepotong yang sering dilihat dari media sosial harus dirangkai atau dijahit dulu sebelum disimpulkan. Memang cukup sulit mendapat informasi yang utuh dalam media sosial.

Nah, media massa seperti cetak, televisi, radio, ataupun online harus bisa mengambil peran untuk memberikan informasi yang utuh kepada masyarakat. Dan, masyarakat pun harus lebih teliti dalam memilih media. Akhirnya, masyarakat juga harus semakin paham media mana yang bisa memberikan informasi utuh dan yang tidak.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3322 seconds (0.1#10.140)