Puncak Idul Adha Orang Merasa Satu

Rabu, 31 Agustus 2016 - 18:05 WIB
Puncak Idul Adha Orang Merasa Satu
Puncak Idul Adha Orang Merasa Satu
A A A
JAKARTA - Perayaan Idul Adha harusnya dijadikan momentum untuk memperkuat persatuan, terutama dalam memerangi bahaya radikalisme dan terorisme. Apalagi, radikalisme dan terorisme tidak dibenarkan dalam Islam.

Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Usman Ismail mengatakan, perbedaan keragaman budaya seperti bahasa, warna kulit, adat istiadat dan agama bukan gangguan kesatuan rohaniah. Namun, perbedaan itu digunakan paham radikal untuk mengadu domba dan membunuh sesamanya.

"Di momentum itu, orang merasa satu. Misalnya ketika mengelilingi Kakbah dan berada di Mina untuk melempar jamrah. Puncaknya di mana umat merasa bersatu adalah ketika wukuf di mana semua memakai kain putih," ujar Asep, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

Dia menjelaskan, keragaman budaya menurut Alquran harus direnungkan supaya saling mengenal, baik budaya, bahasa, dan adat-istadat. “Ada keragaman budaya, tetapi ada keragaan budaya itu tidak boleh mengganggu esensi yaitu kesatuan spiritual.” jelasnya.

Dia juga menerangkan, salat merupakan doa jarak jauh dan meresapi sebagai umat Islam sebagai satu kesatuan, sedangkan haji adalah jarak dekat. Menurutnya, jutaan orang dari berbagai belahan dunia berkumpul di satu titik. (Baca: Sambut Idul Adha, Baznas Luncurkan Kurban Digital)

"Di momentum itu orang akan merasa satu. Misalnya ketika mengelilingi Kakbah dan berada di Mina untuk melempar jamrah. Puncaknya di mana umat merasa bersatu adalah ketika wukuf di mana semua memakai kain putih," terangnya.
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5746 seconds (0.1#10.140)