Memprihatinkan, Ada Guru Hanya Bisa Jawab Satu Soal Ujian

Rabu, 14 Oktober 2015 - 10:52 WIB
Memprihatinkan, Ada Guru Hanya Bisa Jawab Satu Soal Ujian
Memprihatinkan, Ada Guru Hanya Bisa Jawab Satu Soal Ujian
A A A
JAKARTA - Kualitas guru di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kompetensi guru saat ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sumarna Surapranata mengatakan, kompetensi guru salah satunya dapat dilihat dari gambaran hasil uji kompetensi guru (UKG).

Dia mengatakan sangat sedikit guru yang memperoleh nilai yang baik dalam UKG.

“Hasil uji kompetensi awal (UKA) dan uji kompetensi guru (UKG) 2012-2014 hanya 192 orang guru yang memiliki skor 90-100. Sedangkan lebih dari 1,3 juta guru memiliki skor dibawag 60,” kata dia saat mengunjungi Kantor KORAN SINDO di Gedung SINDO, Jakarta, Selasa 13 Oktober 2015.

Seperti diketahui total guru yang ada saat ini sebanyak 3.015.315 orang terdiri atas 282.671 guru TK, 1.640.138 guru SD, 583.115 guru SMP,268. 115 guru SMA, 268.115 guru SMA, 15.287 guru SLB.

Sebanyak 1.677.365 berstatus pegawai negeri sipil (PNS), 523.471 orang berstatus guru tetap yayasan, 717 guru tidak tetap, 91.963 honor daerah, 5.259 guru bantu.

Ironinya dari hasil uji kompetensi tersebut ditemuka skor guru bergelar doktor kalah dengan yang hanya lulusan SMA. Padahal guru ini tetap menerima tunjangan profesi.

“Mereka ini dapat tunjangan profesi tapi kompetensinya seperti ini. Guru SD lulusan SMP masih ada nilainya 30. Lebih baik dari guru gelarnya yang gelarnya master karena nilainya di bawah 10,” paparnya.

Dia menceritakan saat melakukan uji kompetens kepada 1,1 juta calon guru, namun hasilnya tidak kalah memprihatinkan.

Sumarna mengungkapkan ada guru yang hanya mampu menjawab satu dari 40 soal.

“Ini sebuah fakta. Ada guru fisika yang berhasil menjawab satu dari 40 soal yang ada. Ini terjadi di beberapa mata pelajaran,” kata dia.

Dia menambahkan meskipun kompetensi para guru ini rendah namun mereka tetap mengajar di beberapa daerah.

Padahal guru memiliki pengaruh 30% keberhasilan siswa.

“Apakah mereka tetap jadi guru? Jawabannya iya. Mereka mengajar di sekolah yang bergaji kecil. Mereka tidak ada pilihan. Mereka punya ijazah tidak pernah dites,” ungkapnya.

Bahkan dari tingkat penddikan masih ditemui guru yang belum sarjana atau minimal strata satu (S1). Padahal salah satu prasarat menjadi guru adalah lulusan sarjana.

“Ada guru SD lulusan SD juga. Ini kan jeruk makan jeruk. Itu masih ada,” pungkasnya.

Ditambah lagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang bermutu sangat sedikit.

Banyak LPTK swasta tang bermasalah dan berkualitas rendah menyebabkan kualitas guru juga rendah. “Setidaknya ada 342 LPTK bermasalah. Ini perlu kita kendalikan,” ujar dia.

Dia menegaskan pemerintah terus berupaya memperbaiki kualitas guru. Di antara perbaikan rekrutmen bagi penerimaan baru.

Disamping itu perbaikan regulasi berkaitan dengan guru dan tenaga kependidikan.

“Kita akan membuat skema insentif bagi guru seperti pemberian beasiswa, tunjangan belajar dan simposium. Lalu juga pembinaan karier, kerja sama implementasi kebijakan dnegan pemda, dunia industri, organisasi profesi dan pelibatan publik. Lalu pengembangan layanan infomasi terpadu bagi,” tuturnya.


PILIHAN:


Pansus Pelindo II Siap Hadapi Kekuatan Besar
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5461 seconds (0.1#10.140)