Misteri Motif Penyerangan Istana Negara 1960

Selasa, 01 September 2015 - 06:11 WIB
Misteri Motif Penyerangan Istana Negara 1960
Misteri Motif Penyerangan Istana Negara 1960
A A A
SELAIN sebagai simbol negara, Istana Negara bisa jadi merupakan fasilitas paling vital yang menjadi tempat aktivitas pemimpin negara. Wajar apabila pengamanan Istana Negara dilakukan secara berlapis.

Tidak semua orang dapat memasuki lingkungan Istana. Selain pengamanan yang sulit ditembus, konsekuensi hukum yang harus ditanggung penyusup ke Istana juga sangat berat. Menyerang Istana Negara dianggap telah melakukan makar terhadap pemerintahan yang sah.

Istana Negara Republik Indonesia pernah menjadi sasaran aksi penyerangan. Peristiwa terjadi siang hari pada 9 Maret 1960 silam.

Pesawat jenis Mikoyan-Gurevich MiG-17F terbang rendah dengan kecepatan tinggi dari arah tenggara menuju Istana Negara sambil memuntahkan serentetan tembakan dengan peluru kanon 23mm.

Pesawat ini bermanuver di atas Istana Negara dengan memuntahkan tembakan. Beberapa orang yang berada di sekitar Istana Negara pun terluka. Bahkan, tembakan itu menyasar ke lokasi dekat dengan meja kerja Soekarno.

Beruntung, Presiden Soekarno selamat, karena tidak berada di Istana Negara. Bertepatan dengan peristiwa tersebut, Soekarno sedang memimpin rapat di gedung sebelah Istana Negara.

Pesawat milik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), sekarang bernama TNI AU, yang melakukan penyerangan itu ternyata dipiloti anggota AURI berpangkat Letnan II Penerbang Daniel Alexander Maukar yang dijuluki Tiger dengan nomor pesawat 1112.

Misteri Motif Penyerangan Istana Negara 1960


Daniel lahir di Bandung, 20 April 1932 dari pasangan Karel Herman Maukar dan Enna Talumepa. Kendati tumbuh dan berkembang di Menteng, Jakarta, Daniel kental dengan kultur daerah asalnya.

Motif penembakan ini ada beberapa versi, mulai dari hubungan asmara, keterlibatan agen intelijen Amerika Serikat yaitu Central Intelligence Agency (CIA) hingga protes adanya kesenjangan daerah.

Sehari setelah peristiwa penyerangan itu beredar gosip motif penembakan terkait kisah asmara yang melibatkan seorang gadis cantik yang berkerja di Istana Negara bernama Molly Mambo.

Sempat beradar kabar, Daniel yang sudah bertunangan dengan Molly itu kecewa, karena kekasihnya digoda Soekarno. Namun motif asmara itu belum bisa dipastikan keakuratannya karena berkembang kabar juga motif asmara sengaja dihembuskan pihak tertentu untuk mengaburkan keterkaitan CIA dan gerakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) Sulawesi dalam peristiwa tersebut.

Permesta merupakan gerakan militer di Indonesia yang dideklarasikan pemimpin sipil dan militer Indonesia Timur pada 2 Maret 1957 oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat Permesta berada di Makassar yang saat itu menjadi Ibu Kota Pulau Sulawesi.

Awalnya masyarakat Makassar mendukung gerakan ini. Namun, perlahan-lahan masyarakat Makassar mulai memusuhi Permesta. Pada tahun 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado lalu timbul kontak senjata dengan pasukan pemerintah pusat dan melahirkan gencatan senjata.

Masyarakat di daerah Manado waktu itu tidak puas terhadap kondisi pembangunan di wilayahnya. Pada waktu itu masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi.

Gosip ini konon katanya diembuskan untuk mengaburkan peran CIA di balik kekacauan politik akibat maraknya gerakan separatis di Indonesia termasuk gerakan Permesta.
Kepentingan CIA sendiri didasari ketakutan Amerika Serikat terhadap semakin dekatnya hubungan Indonesia dengan Rusia.

Kondisi saat itu Rusia adalah pesaing utama Amerika Serikat dalam mendekati Indonesia yang memiliki kekayaan sumber alam.

Motif asmara di balik penembakan ke Istana Negara juga dibantah langsung oleh Daniel dan teman dekat Molly di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta yang sekarang bernama Universitas Negeri Jakarta (UNJ).

Bahkan, Daniel mengakui secara tidak sadar dirinya didekati dengan sistematis oleh orang-orang Permesta. Daniel termakan hasutan tentang kisah ketimpangan pembangunan di Sulawesi Utara.

Menurut dia, ada ketidakadilan dalam pembangunan. Padahal, Sulawesi Utara sudah banyak diperas untuk membangun negara. Mulai dari hasil kopra dan sebagainya.
Provokasi itu semakin diperuncing dengan kisah Soekarno yang mulai main mata dengan komunis. Hasutan ini rupanya berhasil membangkitkan gejolak darah mudanya akan kecintaan dengan kampung halaman.

Masih berdasarkan pengakuan Daniel, penyerangan ke Istana Negara sengaja dilakukan karena kecewa terhadap cara Soekarno menumpas gerakan Permesta. Namun berkat upaya beberapa pihak, Soekarno akhirnya mengampuni Daniel dari ancaman hukuman mati.

Soekarno mengetahui idealisme perjuangan Daniel sebagai anak muda telah ditunggangi beberapa kepentingan. Soekarno juga sangat memahami bahwa Daniel tidak pernah berniat ingin membunuhnya.

Daniel kemudian dibebaskan tahun 1968 era Soeharto dan meninggal pada tahun 2007 pada usian 76 tahun.

Tindakan Daniel ini manjadikan dirinya sebagai pilot RI satu-satunya yang berani menyerang Istana Negara. Hingga kini motif kenekatan Daniel menyerang Istana Negara masih menjadi misteri.

Sekelumit MiG-17

Misteri Motif Penyerangan Istana Negara 1960



Pesawat MiG-17 yang digunakan Daniel untuk menyerang Istana Negara saat itu, merupakan pesawat tempur termodern pada masanya. Kehebatan pesawat ini menjadi momok menakutkan bagi lawan-lawannya. Soekarno, sangat beruntung dapat selamat dari serangan MiG-17.

Pesawat MiG-17 dibuat oleh Mikoyan-Gurevich, salah satu pabrikan pesawat perang tersukses di Uni Soviet. Bahkan, North Atlantic Treaty Organization atau (NATO) menjuluki pesawat MiG-17 dengan nama Fresco.

Pesawat tempur ini merupakan penyempurnaan dari pendahulunya, MiG-15 Fagot. Hal ini terlihat dari bentuk dan spesifikasi memiliki kemiripan. Bedanya ada semacam sirip kecil yang membelah sayap. Pada Fagot, sirip itu hanya dua, sementara di Fresco ada tiga.

MiG-17 sempat menjadi momok menakutkan bagi pilot angkatan udara maupun angkatan laut Amerika Serikat. Padahal Amerika Serikat saat itu memiliki pesawat modern sejenis F-4 Phantom dan Jet Serang F-105 Thunderchief yang memiliki kelebihan terbang supersonik. Berbeda dengan MiG-17 hany sebatas pemburu sub-sonik.

Namun angkatan udara Vietnam Utara (VPAF) pernah memaksimalkan kelincahan pesawat MiG-17 dan pernah berhasil menjatuhkan pesawat Amerika Serikat, akhirnya menjadikan pesawat tersebut momok bagi pihak Amerika Serikat.

Misteri Motif Penyerangan Istana Negara 1960


MiG-17 masuk dalam jajaran pesawat tempur modern pada saat itu. Hasil hubungan mesra Indonesia dengan Uni Soviet, angkatan udara Indonesia pernah memiliki berbagai jenis MiG, yaitu MiG-15 Fagot, MiG-21 Fishbed, Tu-16 dan lain-lain.

Usia operasional pesawat kelas jet tempur yang pernah dimiliki AURI tersebut tergolong singkat, sejak 1960 hingga 1969. Pesawat ini dipersenjatai dengan dua senapan 23mm NR-23 dan satu senapan 37mm N-37, yang dipasang di bawah intake-udara. Kelebihannya, tempat pemasangan senjata ini mudah dilepas untuk perawatan.

Pesawat MiG-17 pada saat itu termasuk sangat baru yang didatangkan dari Uni Soviet. Indonesia menggunakannya untuk menghadapi persiapan operasi Trikora, operasi pembebasan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

Sayangnya, pesawat tersebut sempat unjuk gigi memuntahkan peluru ke Istana Negara. Pesawat tempur dijuluki Fresco ini memiliki kecepatan maksimal 1.145 km/h, kecepatan jelajah 861 km/h. Berat pesawat mencapai 3.930 kilogram dengan jarak tempuh mencapai 821 kilometer.

Penerbangan perdana dilakukan pada 14 Januari 1950 dan diperkenalkan pada Oktober 1952 dengan pembuatnya bernama Mikoyan.

Catatan: Wikipedia dan berbagai sumber lainnya,
(kur)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3799 seconds (0.1#10.140)